JKT Jakarta (ANTARA News) - Meski sehari-hari biasa berkutat di laboratorium, bergelut di lapangan dengan objek penelitiannya atau sibuk dengan laporan, sebanyak 110 peneliti bisa menyempatkan diri mengekspresikan bakat seni mereka dengan melukis atau menjepret. Hasil lukisan dan jepretan mereka kemudian dipajang pada Pameran Ekspresi Seni Komunitas Iptek yang diselenggarakan di Kantor Kementerian Riset dan Teknologi, Jalan MH Thamrin, Jakarta, sejak 20 Februari dan akan ditutup pada 30 Februari 2007. Ke-110 peneliti itu selain merupakan para peneliti dari Kementerian Ristek, juga berasal dari tujuh Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND). Lembaga itu yakni Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal), Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN), Badan Standardisasi Nasional (BSN), termasuk peneliti dari Lembaga Eijkman. Pameran lukisan dan foto yang dibuka Menteri Ristek Kusmayanto Kadiman itu digelar untuk mengapresiasikan dan meningkatkan keseimbangan rasa seni dan Iptek, sehingga anggapan bahwa orang-orang di lingkungan Iptek itu kaku dan tertutup perlahan bisa terkikis. Dr Wendy Aritenang, pejabat Kementerian Ristek yang diperbantukan di Departemen Perhubungan sebagai sekretaris Jendral yang ditemui misalnya, menyumbangkan delapan lukisannya yang beraliran Ekspressionisme dari total 40 karyanya. Beberapa judul lukisannya itu di antaranya Masjid di Madinah, Rumah-rumah Liar di Batam, Kampung Nelayan, atau lukisan lainnya tentang bunga dan pemandangan di Bandung. Wendy mengatakan, ia menyempatkan diri untuk melukis pada Sabtu dan Minggu yang diselesaikannya dalam 1-2 hari per lukisan kemudian dipajang di ruangan kantor, rumah, atau memamerkannya sesekali kalau ada kawan yang mengajak menggelar pameran. Dalam lukisannya tentang perumahan kumuh di Batam, ia berpesan, rumah kumuh kalau dilihat dari sisi lain ternyata juga memiliki sisi keindahan, di mana ada bagian yang terpancar dari penghuni rumah tersebut yang penuh warna. Di balik kesusahan itu, ujarnya, sebenarnya bisa dilihat keindahan. Ada kreasi dari Tuhan, yang manusia tidak cukup bisa melihat dengan kasat mata, namun bisa dengan indera perasaan. "Biasanya apa yang terekam dalam kepala saya, saya lukis dalam dua hari. Lalu saya biasanya langsung berkunjung. Termasuk rumah-rumah liar di Batam, beberapa kali saya melihat ada penggusuran, yang akhirnya mereka tinggal di dekat tebing di kawasan hutan lindung," katanya. Namun ia mengaku, selama ini melukis hanya sebagai hobi, dan belum berkeinginan untuk menjadi pelukis profesional. Menurut Kabag Humas Kementerian Ristek Wawan Bayu, pameran ini sebetulnya ingin menunjukkan bahwa unsur dari suatu produk teknologi tidak bisa terpisah, yakni, ilmu dasar, rekayasa teknologi, ekonomi, dan seni. "Seperti melihat suatu produk yang paling mudah, misalnya handphone, 4 unsur itu tercapai. Jadi ada keharmonisan dalam berfikir," katanya. Pameran tersebut, katanya, diselenggarakan bukan untuk komersial. Namun jika ada yang berminat dengan lukisan atau foto yang dipamerkan bisa melakukannya secara pribadi. (*)

Copyright © ANTARA 2007