Probolinggo (ANTARA News) - Tarian tradisional khas suku Tengger, Tari Ujung, menghibur ratusan wisatawan yang menikmati keindahan alam erupsi Gunung Bromo dari titik Seruni Point (Bukit SPY), Sabtu pagi.

"Selamat datang dan silakan menikmati indahnya wisata erupsi Gunung Bromo yang belum tentu ada lagi," ujar tokoh masyarakat setempat, Supoyo, di sela menerima rombongan Penerangan Daerah Militer (Pendam) V/Brawijaya di Probolinggo, Jawa Timur.

Tari Ujung adalah salah satu tari tradisional dan kombinasi dari olah raga khas suku Tengger, di wilayah gunung Bromo, dimainkan oleh dua orang pria yang silih berganti memukul lawan dengan menggunakan rotan.

Supoyo yang juga anggota DPRD Kabupaten Probolinggo itu mengatakan, kondisi Bromo yang statusnya dinaikkan menjadi siaga pada Oktober 2015 tidak berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat, namun diakuinya menurunkan tingkat wisatawan.

"Wisatawan tahunya Bromo ditutup, padahal tidak semua. Saya tegaskan lagi, yang ditutup lautan pasir dan jarak aman 2,5 kilometer. Kalau dari titik-titik di luar itu sangat aman, bahkan lebih bagus dikunjungi saat erupsi seperti sekarang," ucapnya.

Tidak itu saja, pengunjung juga bisa menikmati wisata panen bawang dan strobery yang lokasinya tidak jauh dari titik Seruni Point.

Sementara itu, Kepala Penerangan Kodam V/Brawijaya Letkol (Inf) Washington Simanjuntak mengakui keindahan alam dari erupsi Gunung Bromo yang belum pernah ia saksikan sebelumnya.

"Ini siklus lima tahunan, tapi belum tentu juga ada. Melihat asap membumbung tinggi dari kawah, kemudian hamparan pasir yang luas dari atas bukit merupakan keindahan luar biasa," katanya.

Menurut dia, pendapat tentang Gunung Bromo tak aman dikunjungi adalah salah besar dan harus diluruskan sehingga pencinta pariwisata wajib membuktikan serta hadir langsung di titik-titik Gunung Bromo.

"Masyarakat tidak perlu takut, saya tadi sudah naik dan melihat sendiri. Banyak para wisatawan lokal dan mancanegara yang tak mau melewatkan fenomena alam menakjubkan ini," katanya.

Pewarta: Fiqih Arfani
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2016