Seni membaca merupakan sebuah pertunjukan memberi nyawa dari kata-kata, sehingga teks pasif menjadi hidup
Jakarta (ANTARA News) - Rangkaian tiga cerita pendek bertajuk "Trilogi Alina" karya Seno Gumira Ajidarma bertransformasi menjadi seni membaca yang dibawakan Abimana Aryasatya, Butet Kartaredjasa dan Dian Sastrowardoyo.

"Trilogi Alina" adalah karya yang diselesaikan pria kelahiran 1958 itu selama sepuluh tahun.

Cerita pertama, "Sepotong Senja untuk Pacarku" (1991) berkisah tentang bagaimana seseorang telah memotong pemandangan senja untuk dikirimkan kepada Alina yang dianggapnya kekasih sehingga langit pun berlubang.

Kegemparan yang terjadi akibat hilangnya senja itu harus ditanggungnya, tetapi ia berhasil memasukkan senja itu ke dalam amplop dan mengirimkannya.

Ternyata kiriman itu baru diterima Alina sepuluh tahun kemudian, dengan segala dampak ketika amplop itu terbuka dan semesta senja di tepi pantai tumpah ruah memenuhi dunia.

Cerita kedua, "Jawaban Alina" (2001), adalah surat Alina tentang segenap peristiwa yang dialaminya, kepada Sukab yang ternyata adalah pengirim senja itu. Namun mengapa surat itu baru tiba sepuluh tahun kemudian?

Cerita ketiga, "Tukang Pos dalam Amplop" (2001), mengisahkan tukang pos yang mengantar surat ini, yang karena penasaran dengan cahaya senja dari dalam amplop, lantas tergoda mengintip dan membukanya, sehingga terperosok masuk amplop. Sekitar sepuluh tahun dia berada dalam amplop dengan menyelami pengalaman-pengalaman ajaib.

"Saya mencoba memperkenalkan lagi seni membaca. Ini barang biasa dulu waktu saya masih muda," kata Seno kepada ANTARA News di auditorium Galeri Indonesia Kaya, Grand Indonesia, Jakarta Pusat, Sabtu.

Seno mengaku tidak memiliki pertimbangan khusus untuk melibatkan Abimana, Butet dan Dian Sastro. "Tidak pakai pertimbangan, karena pasti bagus, jadi tancap saja," ujar dia.

Cerpen "Sepotong Senja untuk Pacarku" dibacakan oleh Abimana Aryasatya yang mengenakan kaos biru tua, sepatu olahraga berwarna senada dan jeans warna biru muda.

Abimana santai membaca sambil duduk dengan menumpangkan satu kaki di atas lainnya, tangan kiri menggenggam buku dan tangan lainnya sibuk menjadi alat ekspresi kata-kata cerpen milik Seno itu.

Kepada Antara News, Abimana mengaku lega. "Butuh beberapa kali latihan, setelah selesai langsung plong. Setelah baca langsung ke mas Seno, takut dibilang mengecewakan," katanya.

Hal tersebut langsung dibantah Seno yang mengatakan "Penampilan Abimana oke berat!".

Meski tidak asing lagi dengan seni pentas dan pertunjukan, ini kali pertama Abimana mengenal seni membaca. Dia pun tak ragu untuk kembali melakukannya.

"Kalau ditawari lagi, ayo!," kata dia.

Berbeda dengan Abimana, seni membaca sudah tak asing lagi bagi Butet Kartaredjasa.

Butet membacakan "Tukang Pos dalam Amplop".

Dia yang saat itu mengenakan kemeja hitam belel terbuka berlapis kaos hitam di dalamnya dan celana kanvas coklat tua, membawakan cerpen itu dengan gaya khasnya yang jenaka sehingga mengundang gelak tawa para penonton.

"Beberapa kali saya membacakan teks Seno sejal tahun 1990-an," ujar Butet.

Aktor yang juga penyair itu menyebut seni membaca berbeda dari menyair.

"Membaca punya pendekatan lain. Seni membaca merupakan sebuah pertunjukan memberi nyawa dari kata-kata, sehingga teks pasif menjadi hidup," kata dia. "Sehingga yang mendengar tertolong imajinasinya."

Selanjutnya, Dian Sastro membacakan cerpen berjudul "Jawaban Alina" yang merupakan jawaban dari "Sepotong Surat untuk Pacarku."

Bergaya sporty dengan kaos hitam, jeans dan sepatu olahraga warna senada, Dian Sastro mengantarkan kata demi kata dengan menyelipkan karakter Alina yang ketus.

Seperti halnya Abimana, penampilan Butet dan Dian Sastro juga dipuji sang penulis cerpen.

"Kalau yang menciptakan cerpen bilang hebat, tandanya mereka berhasil menciptakan cerpen sebagai karya baru," ujar Seno.

Seno pun berharap seni membaca kembali populer.

"Kalau perlu seni membaca dibuat di TV atau di radio. Selain seni musik, seni di radio seperti drama dan cerpen kurang berkembang. Saya rasa itu peluang," ujar dia.

Seno berkesimpulan, "Seni membaca tidak kalah dengan seni musik. Pertunjukan tadi memberi pesan untuk mengeksplor seni di berbagai media."





Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2016