Keberadaan kami di Jerman ini harus jadi momentum untuk sama-sama menyuarakan Islam Indonesia yaitu Islam Nusantara yang berkemajuan di kancah dunia
Jakarta (ANTARA News) - Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah Jerman Raya dan Pimpinan Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama Jerman bekerja sama untuk mempromosikan demokrasi Nusantara di salah satu negara besar di Eropa itu.

"Keberadaan kami di Jerman ini harus jadi momentum untuk sama-sama menyuarakan Islam Indonesia yaitu Islam Nusantara yang berkemajuan di kancah dunia," kata Ketua PCIM Ridho Al Hamdi lewat keterangan persnya yang diterima di Jakarta, Selasa.

Ridho mengatakan Muhammadiyah dan NU di masa kini sudah bukan saatnya untuk mempersoalkan pertentangan internal karena tantangan eksternal semakin kompleks.

"Kita lelah kalau ribut intern yang tidak ada ujung pangkalnya," kata kandidat doktor ilmu politik di TU Dortmund University ini.

Ridho mengatakan saat ini adalah momentum yang baik bagi Muhammadiyah dan NU untuk sama-sama bermain cantik di kancah internasional melalui Jerman di saat Timur Tengah terkena badai konflik dan politik yang tidak stabil.

"Siapa yang tidak tahu Jerman, negara yang kuat dan mapan secara politik, ekonomi dan kesejahteraan rakyatnya. Di sini pula ada sumber teknologi, sains, kedokteran, kesehatan bahkan filsafat dan seni juga kuat. Jadi, tentu PCIM dan PCINU di Jerman punya nilai lebih dan nilai stategis di tingkat dunia," kata dia.

Senada, Ketua PCINU Jerman Zacky Khairul Umam mengatakan Muhammadiyah dan NU harus mengambil momentum strategis bahwa Islam dan demokrasi dapat bersatu di tengah situasi politik di kawasan Timur Tengah sedang kacau balau. Hal ini dibuktikan dari posisi Indonesia yang dapat menyelaraskan Islam dengan demokrasi.

PCIM Jerman Raya dan PCINU Jerman ke depannya akan memperkuat kerja sama dua organisasi Islam terbesar Indonesia tersebut, dengan fokus merespon isu Islamophobia di Eropa.

Beberapa hal bisa dilakukan dengan seminar, konferensi pers ke media Jerman dan atau pelatihan.

Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016