Bengkulu (ANTARA News) - Anggota Komisi IX DPR RI melakukan kunjungan kerja spesifik ke Kota Bengkulu, memantau penanganan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang kasusnya cukup tinggi di wilayah ini.

Ketua Tim Kerja Spesifik Komisi IX DPR RI, Syamsul Bachri mengatakan pihaknya prihatin dengan kasus DBD yang mewabah di beberapa daerah termasuk Bengkulu.

"Kunjungan ini spesifik untuk melihat penanganan DBD di empat provinsi termasuk Bengkulu," katanya saat mengunjungi RSUD M Yunus, Bengkulu, Jumat.

Ia mengatakan Komisi IX membagi empat tim yang mengunjungi empat provinsi yakni Bengkulu, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan dan Bali untuk memonitor penanganan DBD.

Khusus di Bengkulu kata dia, kasus DBD cukup mengkhawatirkan sebab jumlah kasus sangat tinggi, termasuk korban meninggal.

Data yang diterima Komisi IX, jumlah kasus DBD di daerah ini sejk Oktober 2015 hingga 4 Februari 2016 mencapai 1.327 kasus dengan jumlah korban meninggal mencapai 27 orang.

"Kondisi ini mendorong kami untuk turun ke lapangan melihat langsung upaya penanganan dari pemerintah," ujarnya.

Menurut Anggota DPR RI dari daerah pemilihan Provinsi Sulawesi Selatan ini, pemerintah harus mengambil langkah cepat untuk menghindari korban yang lebih banyak.

Pemerintah daerah kata dia harus mengambil langkah-langkah strategis untuk mengatasi tingginya kasus DBD, bahkan di Kota Bengkulu sudah ditetapkan status kejadian luar biasa.

"Sayangnya kita sering menganggap kasus DBD ini biasa-biasa saja sehingga sering berulang," katanya.

Wakil Gubernur Bengkulu, Rohidin Mersyah yang menerima kunjungan para wakil rakyat itu mengatakan kasus DBD di Bengkulu memang tergolong parah.

"Kami sudah menginstruksikan seluruh jajaran untuk merespon kondisi ini dengan cepat," katanya.

Selain menangani korban, pihak terkait juga diminta meningkatkan penyuluhan kepada masyarakat untuk meningkatkan kesadaran akan kebersihan lingkungan.

Pola hidup yang bersih menurut dia menjadi syarat mutlak untuk menanggulangi DBD sehingga tidak berulang di waktu mendatang.

Pewarta: Helti Marini Sipayung
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2016