Kupang (ANTARA News) - Sebanyak 9.930 hektar (ha) lahan pertanian tanaman pangan di Kabupaten Belu Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dilanda kekeringan dengan taksasi kerugian mencapai Rp53 miliar lebih. "Kami sudah menyampaikan laporan resmi tentang bencana kekeringan itu kepada Gubernur NTT," kata Bupati Belu, Drs Joachim Lopez, di Kupang, Kamis. Ia mengatakan luas tanam di Kabupaten Belu mencapai 17.868 ha dan sebanyak 9.930 ha yang digarap oleh 18.459 kepala keluarga (KK) di delapan kabupaten telah dilanda kekeringan. Tanaman yang dilanda kekeringan adalah jagung, sorgum, kacang-kacangan dan padi. Kondisi tersebut dikhawatirkan bertambah parah jika curah hujan yang realtif minim dan tidak merata itu terus terjadi hingga dua minggu ke depan. "Kami sedikit gembira karena dalam tiga hari terakhir ini sempat turun hujan meskipun hanya beberapa saat dan di lokasi tertentu saja. Mudah-mudahan hujan masih menguyur daerah perbatasan negara itu," ujarnya. Menurut dia, upaya nyata yang sudah dan sedang ditempuh Pemerintah Kabupaten Belu adalah terus memotivasi masyarakat untuk menanam kembali di lahan pertanian yang gagal panen dengan tanaman kacang-kacangan. Upaya lain berupa pendataan potensi air untuk penggunaan motor pompa secara optimal dan mengajak masyarakat tani untuk menggantikan tanaman palawija dan sayur-sayuran hemat air pada lahan pertanian yang sebelumnya ditanami padi sawah dan tadah hujan. "Saya sudah perintahkan Kepala Dinas Pertanian dan para camat agar terus memantau perkembangan di lapangan kemudian ditindaklanjuti sebaik-baiknya," ujar Lopez. Ia mengatakan, delapan kecamatan yang dilanda kekeringan itu yakni Kobalima, Kekuluk Mesak, Tasifeto Timur, Malaka Tengah, Weliman, Wewiku, Malaka Barat dan Rinhat.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007