Sydney (ANTARA News) - Satu studi internasional yang melacak dampak dari perubahan iklim menunjukkan kehidupan tanaman di Australia mungkin "telah berhenti", demikian peta dari foto satelit yang membandingkan perubahan kondisi iklim.

Peta tersebut, yang didasarkan atas 14 tahun data satelit mengenai variasi penting iklim dan disiarkan di jurnal Nature pekan ini, menunjukkan tanaman di pedalaman Australia tidak bereaksi pada peningkatan tiba-tiba curah hujan sebab tanaman itu telah "belajar", kemarau akan segera mengikuti.

"Mungkin hujan turun dalam satu pekan dan statistik akan memperlihatkan ini adalah tahun yang baik. Namun cuma diperlukan waktu satu bulan tanpa hujan dan itu lah yang mungkin membawa tanaman ke ujung (kehidupan)," kata Profesor Alfredo Huete dari University of Technology, Plant Functional Biology and Climate Change Cluster di Sydney, kepada lembaga penyiaran nasional Australia.

"(Dengan studi ini) kita bisa berada jauh lebih dekat dengan apa yang sesungguhnya dialami oleh tanaman," katanya.

Para peneliti dalam studi itu, dari Norwegia dan Inggris, mengembangkan indeks kepekaan tanaman --perbandingan mengenai produktivitas tanaman dan angka reaksi relatif bagi keragaman lingkungan hidup-- dalam beragam kondisi iklim.

Tujuannya untuk menunjukkan wilayah di seluruh dunia yang memperlihatkan reaksi "kuat" terhadap variasi iklim yang mempengaruhi ketentuan layanan ekosistem dan kesejahteraan manusia.

Indeks itu dilandasi atas tiga variasi iklim yang mengendalikan produktivitas tanaman --temperatur udara, ketersediaan air dan tingkat awan yang menaungi.

Menurut pengulasan tersebut, Wilayah Australia Timur, antara lain bersama dengan Arctic Tundra, Afrika Barat, Asia Tenggara, Papua Nugini, hutan lembab tropis Amerika Selatan mengahdapi ancaman.

Namujn tak seperti sebagian besar wilayah, studi itu mengkonfirmasi ekosistem di negeri tersebut sangat peka terhadap ketersediaan air, dibandingkan dengan temperatur, dan Lembah Murra-Darling --lokasi pertanian sangat penting di Australia menjadi salah satu daerah paling sensitif secara ekologi.

Namun ekosistem pedalaman Australia termasuk di antara yang paling sensitif di dunia mengenai ketersediaan iklim, terutama dalam hal curah hujan, karena produktifitasnya yang rendah dan menunjukkan itu terjadi karena "ingatan" tanaman, kata Huete.

"Kadang-kala ketika ekosistem menghadapi semacam gangguan, seperti kemarau atau kebakaran, wilayah tersebut berprilaku secara berbeda tergantung atas masa lalunya," kata Huete, sebagaimana diberitakan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Sabtu pagi. Ia menambahkan wilayah pedalaman Australia memiliki dampak ingatan sangat kuat.

"Karena suatu alasan, tanaman tidak bereaksi terhadap perubahan iklim yang kita alami ... banyak bagian tanaman di daerah pedalaman tampaknya tidak bereaksi apa-apa," kata Huete, yang menyatakan kehidupan flora telah "berhenti".

"Flora tersebut tidak peduli apakah kondisi sekarang memberi dukungan, sebab mereka tahu itu cuma sementara dan tidak pantas untuk menanam modal dalam pertumbuhan lebih banyak pada saat ini sebab flora tersebut jadi lebih besar dan lebih banyak lagi untuk dirawat ketika kemarau kembali."

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016