Jakarta (ANTARA News) - Pembawa acara Daniel Mananta (34) sukses membangun bisnis mode DAMN I Love Indonesia. Antaranews belum lama ini berbincang dengan Daniel Mananta di salah satu gerainya, mulai dari bisnis hingga nasionalisme, berikut petikannya :

Cerita berdirinya bisnis DAMN I Love Indonesia?
28 Oktober 2008 Damn I Love Indonesia lahir. Sebelumnya Gua udah nimbun secara unconciously selama sekolah di Australia. Pulang ke Jakarta, semua yang Gua rinduin di Australia dapet semua di Indonesia.

Ketika gua ngobrol sama teman-teman, mereka kayak lebih bangga dengan kebudayaan luar. Indonesia enggak terlalu keren buat mereka, kesannya tua banget gitu. 

Waktu itu Gua udah jadi host Indonesian Idol. So, as a public figure I have a responsibility.Enggak mungkin Gua kayak orasi 'come on dong, kalian kan orang Indonesia, malu dong gini..gini...gini', itu enggak akan ngaruh.

So, what I think like, kita pake bahasa anak muda aja deh. Let's make it cool, let's make it funky, let's make it new and  modern, dan kita tetap mengangkat budaya Indonesia. Mengkawinkan budaya Indonesia dengan budaya anak muda saat itu. Dan lahirlah DAMN I Love Indonesia.

Jadi sebenernya ngingetin anak-anak muda, kalau budaya Indonesia bisa dibikin keren.

Inspirasi desain dari mana?
Sekarang ini  kita punya tim yang sangat solid. Mereka selalu riset apa yang lagi tren. Misalnya sekarang ini yang lagi trend back to nineties. Nah, terus kita mulai evolve (mengembangkan) ke arah-arah tren tersebut. Jadi, kita tetap ngikutin tren. 

Daniel ikut berkontribusi apa soal desain?
Gua enggak ikut turun tangan. Kalau tim sudah selesai desain, Gua lihat, oh ini OK, oh ini boleh, ini enggak, gitu-gitu aja. Termasuk kalau mau masukkan unsur ulos, unsur batik, itu dari tim semua. Gua persetujuan aja. Soalnya Gua enggak ngerti desain.

Artinya, fashion yang ada di DAMN I Love Indonesia tidak mencerminkan Daniel?
Udah enggak lagi. Itu dia, Gua enggak mau DAMN I Love Indonesia itu tergantung banget sama Gua. Gua pengen DAMN I Luve Indonesia evolve dan jadi sebuah brand yang emang mengusung tema cinta Indonesia. Berevolusi lah.

Apakah nama Daniel Mananta yang mendongkrak DAMN I Love Indonesia, atau justru bisnis ini yang melambungkan nama Daniel?
Banyak orang yang bilang DAMN I Luve Indonesia 'naik' karena Daniel. Padahal sebenernya engga. Gara-gara DAMN I Love Indonesia, nama Daniel Mananta jadi ikutan naik. Ini simbiosis mutualisme banget. 

Pernah jatuh bangun merintis usaha?
Sering banget. Tapi, jujur yang bermasalah itu bukan dari kompetisi atau lain-lain, tapi dari dalamnya sendiri.

Sebagai entrepreneur, Gua rasa hal yang paling penting adalah bagaimana me-manage orang-orang di dalam, sehingga Lu mendapatkan the winning team

Gua punya dua partner Win Satria sama Martina Halim. Nah, kita aja bertiga itu kadang-kadang banyak mis komunikasi dan lain-lain sampe akhirnya berantem. Dulu sempet ada yang pengen cabut terus pecah. Itu yang harus di jaga banget.Kalau kita bisa bertahan terus, pasti ada cobaan. Nah, kalau kita bisa terus bertahan, dan kita fokus sama satu bisnis, Gua yakin itu bisnis bakal membesar.

Bertahan ala Daniel gimana?
Bertahannya lebih ke how to manage your people. Yang paling penting bertahannya itu kita perlu menyadari bahwa kita butuh kok partner-partner kita, kita ngalah deh, mungkin kita bisa nyadarin dia besok atau dua hari lagi ketika kepala kita udah sama-sama dingin. Itu rahasianya. Karena keseringan kita itu berantem bukan karena bisnis, tapi karena ego masing-masing.

Pernah ditipu enggak?
Secara pribadi iya, tapi bisnis enggak. Tipu menipu biasanya uang. Sejauh ini misalnya kayak staf ngambil-ngambilin barang, terus kita laporin ke polisi itu pernah. I mean, the business is not perfect, the the people are not perfect. Inilah problem-problem yang kita dapatkan dimanapun.

Ada kiat biar kita bisa memberi kepercayaan, tapi enggak kena tipu?
Harus berani medelegasikan. Jangan sampe Lu jadi parno banget. Supaya bisnis Lu membesar, Lu harus delegasi. Tapi Lu harus yakinin juga delegasinya ke orang yang tepat. Kalau misalnya orang itu udah menghancurkan kepercayaan Lu, artinya enggak bisa delegasiin ke orang itu lagi. Insting juga sih. 

Apa tips untuk anak muda yang mau ngikutin jejak Daniel buat mulai usaha?
Gampang banget. Pertama, tahu produk apa yang mau dijual. Kedua, Yang paling penting banget, kenapa. Apa tujuan Lu jual produk itu? kenapa Lu jual produk itu?. Ketiga, apa udah ada competitornya.

Gua bilang yang kedua itu paling penting. Karena banyak orang berbisnis cuma karena duit,. karena pengen tajir, pengen kaya. Dan itu adalah motivasi yang menurut Gua harusnya prioritas kelima.

Yang utama adalah Lu harus menemukan satu motivasi yang impactful (berdampak). Yang berpengaruh ke orang-orang di sekitar Lu. Contoh, DAMN I Love Indonesia, kenapa, karena Gua pengen banget anak-anak muda Indonesia itu terinspirasi untuk mencintai budaya Indonesia. 

Dan ternyata orang-orang ngeliat, wow bener nih Daniel emang campaign-nya untuk Indonesia. Dan mereka akan support tujuan Gua.

Sekarang ini ada satu profesor dari harvard namanya Michael Porter, dia bilang sekarang ini banyak perusahaan pindah dari CSR (Corporate Social Responsibility) ke CSV (Creating Social Value). Artinya, nilai yang dipegang masyarakat sekitar dimasukkan ke dalam business model.

Jangan khawatir, sooner or later Lu akan menjadi besar. Tapi Lu harus straight sama social value-nya. Kalau bikin bisnis untuk jadi kaya, temen baik Lu aja belum tentu support.

Ada rencana untuk diversifikasi produk?
Produk selanjutnya ada topi bucket hat, street ware gitu.

Daniel kan lama di Australia, apa sih beda anak muda di sana dan di Indonesia?
Dari sistem pelajaran kita, di Indonesia itu kita menjadi yang namanya the what generation, "generasi apa". Pangeran Diponegoro lahir tanggal segini, meninggal tanggal segini dikuburkan tanggal segini. Kita lebih ngapal tanpa kita tahu kenapa. 

Kalau di luar negeri tuh kita ditanya "kenapa". Jawabannya tidak ada di textbook karena kita harus mikir sendiri. Engga ada jawaban benar atau jawaban salah. Kalau misalnya perdebatan lu bener dan masuk akal, dapet nilai bagus. It's the why generation. Bukan what generation.

Pernah, Gua iseng-iseng tes SIM, dan Gua failed (gagal). Gua udah nyetir selama 15 tahun, tapi Gua failed. Karena kebanyakan pertanyaan kayak gini, 'ketika masuk ke busway (jalur Trans Jakarta), undang-undang mana  yang dilanggar?' Ya Gua mana tahu, yang pasti kalau Gua masuk busway ya Gua salah. Kita harus hafal mati tanpa kita mengetahui kenapa.

Tapi, apa sih keunggulan anak muda di Indonesia dibanding di Australia menurut Daniel?
Anak muda Indonesia mempunyai semangat yang super duper tinggi banget untuk pembuktian kalau misalnya mereka bisa. Dan ini semangat yang engga bisa di copy negara manapun. Di Jepang masalahnya anak muda dipandang sebelah mata banget. 

Sekarang kan masih ng-MC. Ada rencana mau menggarap talenta lain?
Gua fokus sama dua hal, entertainment sama enterpreneurship. Di entertainment Gua setiap hari selalu mengembangkan diri. Gua nyari materi-materi supaya Gua bisa lebih menarik lagi di atas panggung. Gua bahasa les Inggris lagi, supaya Inggris Gua lebih lancar. Namanya ngembangin diri lah. It's good.

Di bisnis pun Gua sama. Jangan sampe Gua terlalu serakah dan Gua pengen ngelakuin semuanya.

Secinta apa sih Daniel sama Indonesia?
Well...I live here, I grow up here, dan ketika Gua sekolah di Australia pun Gua rindu banget sama Indonesia, udah kaya pacar lagi LDR

Yang paling kita banggakan, dan membuat orang-orang dateng, dan bahkan stay for good, itu adalah senyumnya orang Indonesia, keramahan dari orang Indonesia. Karena senyumnya orang Indonesia itu yang engga di dapetin di negara-negara asia lainnya. Itu yang menurut Gua keren banget. Itu yang membuat Gua cinta banget sama Indonesia.

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016