Kupang (ANTARA News) - Ketua Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) NTT dr Husein Pangkratius mengatakan dalam 10 tahun terakhir (2005-2015) sebanyak 1.062 warga NTT meninggal dunia karena HIV dan AIDS.

Ini berdasarkan data Dinas Kesehatan NTT bahwa sudah seribu lebih orang NTT yang meninggal akibat HIV dan AIDS dan tersebar di 23 kabupaten/kota dalam wilayah Nusa Tenggara Timur, katanya kepada wartawan di Kupang, Rabu.

Dari data tersebut, katanya total penderita HIV dan AIDS di NTT telah mencapai 3.700 orang, dengan jumlah penderita HIV dan AIDS terbanyak terdapat di Kota Kupang dengan jumlah penderita sebanyak 744 orang penderita HIV dan AIDS.

Dari total itu (Kota Kupang) penderita terbanyak berusia antara 25-49 tahun berjumlah 575 orang, usia 50 tahun sebanyak 52 orang.

Selanjutnya usia 20-24 tahun sebanyak 123 orang, usia 15-19 tahun 14 orang, usia 5-9 tahun 2 orang dan usia kurang dari 4 tahun 19 orang. "Tidak ada penderita HIV dan AIDS usia 10-14 tahun," ujarnya kepada wartawan, pekan lalu.

Diikuti Kabupaten Belu sebanyak 562 orang, 464 orang. Sedangkan jumlah korban meninggal terbanyak di Belu sebanyak 236 orang, Flores Timur 250 orang, dan Timor Tengah Selatan (TTS) 204 orang.

Menurut Husein, data yang disampaikan dinas Kesehatan NTT ini merupakan penderita yang tercatat, sedangkan yang tidak terdata masih sangat banyak dan jumlahnya lebih banyak dari data dinas kesehatan bagi pengidap HIV dan AIDS di NTT.

"Jumlah penderita HIV dan AIDS yang tidak terperiksa jauh diatas itu dan merupakan fenomena gunung es yang terus mencemaskan publik di daerah ini," katanya.

Mantan Kepala Dinas Sosial NTT itu mengungkapkan, banyak orang tewas yang diketahui menderita TBC, tapi ternyata juga menderita HIV atau AIDS.

Karena itu, dia menyarankan agar warga yang menderita sakit yang tak kunjung sembuh setelah mengkonsumsi obat dari dokter, harus dilakukan pemeriksaan HIV dan AIDS menggunakan VCT. "Jangan sampai orang itu menderita HIV dan AIDS," katanya.

Dia mengatakan upaya pencegahan yang harus melalui diagnosa HIV sejak dini sehingga tidak menyebar ke orang lain. "Periksa diri sedini mungkin agar tidak menular," katanya.

Ia mengatakan pengidap HIV dan AIDS terbanyak berasal dari pekerja swasta sebanyak 24 persen.

Selanjutnya pekerja seks komersial 18 persen, ibu rumah tangga 16 persen, pegawai negeri sipil 8 persen, mahasiswa 4 persen, tukang ojek, sopir, petani dan buruh masing-masing 3 persen. Anggota TNI dan Polri 2 persen, tenaga kerja Indonesia dan pelaut 1 persen dan profesi lainnya 14 persen.

Pewarta: Hironimus Bifel
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016