Washington (ANTARA News) - Para ilmuwan dari Tiongkok menyatakan bahwa mereka akhirnya berhasil membuat semacam sel sperma fungsional dari sel punca embrionik tikus di laboratorium, perkembangan ilmiah besar yang suatu hari bisa mengarah ke penanganan kemandulan lelaki pada manusia.

Para peneliti, yang menggambarkan teknik terobosan mereka dalam jurnal Cell Stem Cell, kemudian bisa menggunakan sel-sel sperma fungsional itu untuk menghasilkan keturunan tikus yang sehat, yang akan melahirkan generasi selanjutnya.

"Kami membangun tahapan pendekatan kuat yang mengikhtisarkan pembentukan sel fungsional seperti sperma di satu cawan," kata salah satu penulis hasil studi, Jiahao Sha, dari Nanjing Medical University dalam satu pernyataan Kamis (25/2).

"Jadi kami pikir ini sangat menjanjikan untuk penanganan infertilitas pada pria," katanya seperti dikutip kantor berita Xinhua.

Namun penulis hasil studi yang lain, XiaoYang Zhao dari Institute of Zoology di Chinese Academy of Sciences, mencatat kemungkinan risiko dan perbedaan spesies antara manusia dan tikus harus sepenuhnya dipelajari sebelum teknik itu dijalankan di klinik.

"Oleh karena itu, masih terlalu dini untuk membahas penggunaan teknik ini di klinik sekarang," kata Zhao lewat surel kepada Xinhua.

Kemandulan mempengaruhi sampai 15 persen pasangan dan sekitar sepertiga kasusnya bisa dilacak pada pria.

Menurut para peneliti, salah satu penyebab utama kemandulan adalah kegagalan sel benih di testis menjalani pembelahan sel yang disebut meiosis untuk membentuk sel-sel sperma fungsional.

Beberapa studi melaporkan keberhasilan pembangkitan prekursor sel benih dari sel punca, tapi prekursor kemudian harus disuntikkan ke tikus steril untuk membentuk sperma matang.

Dalam studi yang baru, Sha bersama dengan XiaoYang Zhao dan Qi Zhou dari Institute of Zoology mengembangkan metode berbasis sel punca yang sepenuhya merekapitulasi meiosis dan memproduksi sel-sel fungsional serupa sel sperma.

Langkah pertamanya memapar sel punca embrionik tikus dengan campuran bahan kimia, yang akan mendorong sel punca berubah menjadi sel-sel benih primordial.

Selanjutnya para peneliti meniru lingkungan alami jaringan dari prekursor sel-sel benih ini dengan mengekspos mereka ke sel-sel testikular serta hormon-hormon seks seperti testosteron.

Di bawah kondisi biologis relevan ini, sel punca yang menurunkan sel-sel benih primordial menjalani meiosis sempurna, menghasilkan sel-sel serupa sperma dengan fitur kunci meiosis seperti DNA inti dan materi kromosom.

Akhirnya, para peneliti menyuntikkan sel-sel serupa sel sperma ini ke sel-sel telur tikus dan memindahkan embrionya ke tikus betina dan menemukan embrio-embrio ini berkembang normal dan menghasilkan keturunan yang sehat dan subur.

Di masa depan, para peneliti berencana menguji pendekatan mereka ke binatang yang lain seperti primata sebagai antisipasi studi pada manusia.

"Jika terbukti aman dan efektif pada manusia, platform kami berpotensi membangkitkan sperma fungsional penuh lewat teknik inseminasi buatan atau fertilisasi in vitro," katanya.

"Karena perawatan yang ada sekarang tidak bekerja untuk banyak pasangan, kami harap pendekatan kami bisa secara substansial meningkatkan tingkat kesuksesan penanganan infertilitas pria."

Beberapa ahli dari Amerika Serikat, termasuk Profesor Kyle Orwig dari University of Pittsburgh, Vittorio Sebastiano dari Stanford School of Medicine dan Profesor Peter Donovan dari University of California, Irvine, yang tidak terlibat dalam studi menyebut hasil penelitian itu sebagai "tengara", "tonggak sejarah di bidang sel punca" atau "kemajuan signifikan" dalam memahami perkembangan dan produksi sperma.

Para ahli ini juga mengatakan bahwa mereka pikir teknik tersebut bisa diadaptasi di masa depan menggunakan sel-sel punca pluripoten terinduksi, yang bertindak seperti sel-sel punca embrionik tapi dibuat dari sel-sel kulit demi menghindari kekhawatiran terkait etik dalam persyaraatan penggunaan embrio.

"Suatu hari dan dalam kondisi tertentu, terapi gen mungkin bisa diterima," kata Orwig dalam satu pernyataan.

"Jika itu terjadi, iPSC (sel-sel punca pluripoten teriduksi) bisa menjadi kendaraan luar biasa untuk memperbaiki infertilitas yang disebabkan oleh cacat genetik sebelum diferensiasi menjadi serupa sel benih."

Penerjemah: Maryati
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016