Probolinggo (ANTARA News) - Kepala Sub Bidang Pengamatan dan Penyelidikan Gunung Api Wilayah Barat Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Hendra Gunawan mengatakan status Gunung Bromo turun dari siaga (level III) menjadi waspada ( level II).

"Penurunan status Gunung Bromo pada level II ditetapkan sejak Jumat pukul 13.00 WIB karena selama lima hari terakhir terpantau aktivitas seismik kegempaan dan secara visual juga menurun," kata Hendra saat dihubungi dari Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, Jumat.

Berdasarkan pengamatan gunung api di Pos Pengamatan Gunung Api Bromo di Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo pada 2 Februari 2016 pukul 18.00-24.00 WIB teramati asap kawah putih tipis, tekanan lemah, tinggi asap berkisar 100 meter dari puncak atau 2.429 meter dari permukaan laut ke arah barat-barat daya.

Sedangkan secara seismik terekam aktivitas gempa tremor dengan amplitudo maksimum 0,5-1 milimeter, namun dominan 1 milimeter.

Pada 26 Februari 2016 pukul 00.00-06.00 WIB secara visual teramati asap kawah berwarna putih tipis, tekanan lemah, tinggi asap berkisar 50 meter dari puncak atau 2.379 mdpl ke arah barat-barat daya, dan tercium bau belerang ringan.

"Secara seismik terekam gempa tremor dengan amplitudo maksimum 0,5-1 milimeter, namun dominan amplitudonya 1 milimeter. Selama lima hari terakhir aktivitas Bromo terus menurun," katanya.

Berdasarkan hasil analisis vulkanis tersebut, lanjut dia, PVMBG melakukan evaluasi terhadap gunung yang memiliki ketinggian 2.329 dan menurunkan statusnya pada 26 Februari 2016 pukul 13.00 WIB menjadi waspada.

"Dengan penurunan status Gunung Bromo pada level II, maka jarak aman juga dipersempit menjadi 1 kilometer dari puncak kawah. Pada saat siaga, jarak aman sekitar 2,5 kilometer dari puncak," ujarnya.

Data di PVMBG mencatat jumlah gunung yang berstatus awas (level IV) yakni Gunung Sinabung, kemudian gunung status siaga yakni Gunung Soputan dan Gunung Karangetang, sedangkan status waspada terdapat 16 gunung api di antaranya Gunung Bromo dan Gunung Semeru.

Pewarta: Zumrotun Solichah
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016