Jakarta (ANTARA News) - Kabar duka berembus di tengah penyelenggaraan International BNI Java Jazz Festival 2016 pada Minggu 5 Maret 2016 dini hari.

Kemeriahan Java Jazz terhenti sementara saat layar video yang terpasang di berbagai sudut di JIExpo, Kemayoran, Jakarta Pusat menampilkan berita duka dari salah satu legenda jazz Indonesia, Ireng Maulana yang meninggal akibat serangan jantung pada Minggu pukul 00.10 WIB.

Ireng meninggal dunia dalam usia 71 tahun seusai manggung di sebuah acara jazz di FX, Jakarta. Ia sempat mengeluh sesak napas namun dalam perjalanan menuju Rumah Sakit Harapan Kita, Jakarta Barat, Ireng menghembuskan napas terakhir.

Kepergian Ireng membawa suasana berbeda pada perhelatan hari terakhir Java Jazz 2016 itu. Dalam ingar bingar festival musik jazz terbesar di Asia Tenggara itu, semua berduka untuk Ireng.

Peter F. Gontha selaku penggagas Java Jazz naik ke atas panggung sebelum pertunjukan BNI Projects Indonesian Duets dimulai untuk meminta kepada para penonton memberikan penghormatan terakhir kepada Ireng Maulana.

"Saya minta waktunya sebentar 15 detik untuk legenda jazz Ireng Maulana," kata Peter.

"Ireng Maulana adalah sosok yang memberi inspirasi kepada saya untuk membuat Java Jazz," lanjut dia.

Arena di BNI hall yang sudah disesaki ratusan penonton itu pun langsung senyap.

Di Panggung lainnya, penyanyi Marcell Siahaan bahkan mempersembahkan lagu "Tak Kan Tergantikan" untuk gitaris jazz senior itu.

"Saya ingin dedikasikan lagu ini untuk keluarga Om Ireng semoga tabah," ujar Marcell.

Kenangan akan Ireng makin terasa dari panggung Java Jazz Coffee Stage. Panggung tersebut diisi oleh musisi-musisi jazz senior yang cukup dekat dengan Ireng seperti Benny Likumahuwa, Benny Musatafa, Oele Pattiselano, Jopie Item, Karim Suweileh, Jeffrey Tahalele, Glen Dauna, Sam, Yance Manusama, Margie Segers, dan Andi Wiriantono.

Mereka adalah musisi-musisi jazz yang bersama Ireng Maulana bermunculan di era 1970-1980an.

"Kami semua sedang terkenang akan kakak kami, tokoh jazz Indonesia yang telah wafat. Kami semua cinta pada Ireng," ujar Margie sebelum mendedikasikan lagu "To Love Somebody" untuk Ireng.

Pada tahun 1980, Margie bersama Ireng pernah merekam album berjudul Jazz Vocal Indonesia.

Sebelumnya, tahun 1978 Ireng mendirikan grup Ireng Maulana All Stars dengan delapan anggota lainnya termasuk dengan Benny Likumahuwa (trombone), Benny Mustafa (drum), dan Karim (trompet) serta Hendra Wijaya (piano), Maryono (saksofon), dan Roni (bass).

Kelompok tersebut terus berkembang hingga terbentuknya Ireng Maulana Associates, sebuah organisasi tempat bergabung para musisi jazz di Jakarta. Dengan lembaga ini pula Ireng menggagas pesta musik jazz internasional Jakarta Jazz Festival atau lebih dikenal dengan sebutan Jak Jazz.

Acara tersebut pertama kali diadakan pada 18, 19, dan 20 November 1988 mengambil tempat di Panggung Maxima dan area Drive-In Ancol, yang sebelumnya, pembukaannya digelar di TIM. Jak Jazz saat itu disebut sebagai pesta jazz terbesar di Asia yang diikuti lebih dari 150 musisi jazz dari 23 negara.

"Mungkin tidak ada Java Jazz kalau Om Ireng tidak memprakarsai Jazz di Indonesia," kata Andien saat mengenai Ireng di sela penampilannya bersama Tompi.

Musik jazz tidak bisa dipisahkan dari hidup Ireng, bukan hanya untuk dirinya sendiri tetapi juga sumbangsihnya untuk membesarkan jazz Indonesia.

Menjelang kepergiannya pun, musisi yang memiliki nama kecil Eugene Lodewijk Willem Maulana itu tengah bermusik sebagaimana yang ia inginkan semasa hidup.

"Itu memang harapan Ireng Maulana. Kalau Tuhan memanggil, dia ingin dipanggil waktu main musik. Itu omongannya dari dulu begitu," kata Peter Gontha.

Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016