Borobudur, Jawa Tengah (ANTARA News) - Lima anggota Komunitas Seniman Borobudur Indonesia 15 Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, melukis di Panggung Terbuka Aksobya dekat Candi Borobudur saat terjadi gerhana matahari sebagian pada Rabu pagi.

Umar Chusaeni membuat lukisan yang kemudian diberi judul "Meditasi Pagi", menggambarkan Candi Borobudur dengan bulatan warna hitam yang gerhana di bagian atas, latarnya gambar dua gajah, ayam jago, dan kambing.

Pelukis Tanto Dekora melukis "Detik-Detik Gerhana di Puncak Borobudur", gambar candi Buddha terbesar di dunia itu dan matahari saat gerhana.

Sementara Ismedi melukis kepala Buddha yang kemudian diberi judul "Gerhana Bersinar" dan Kristiyono membuat lukisan Candi Borobudur dengan simbol gerhana matahari yang diberi judul "Menjelang Gerhana Matahari".

Seorang pelukis lainnya, Munir TPR, melukis Candi Borobudur dengan pepohonan di kanan kirinya serta matahari saat gerhana pada bagian atas. Lukisan hitam dan putih itu diberi judul "Gerhana di Taman Aksobya"

Seniman Sujono dari Sanggar Saujana Keron meniup seruling selama lima pelukis tersebut membuat karya-karya mereka.

"Kami ingin menorehkan catatan melalui karya lukis kami masing-masing di Candi Borobudur ini, bertepatan dengan momentum gerhana matahari," kata Umar, Koordinator Komunitas Seniman Borobudur Indonesia (KSBI) 15 Kabupaten Magelang.

Peristiwa gerhana matahari parsial mulai terjadi sekitar pukul 06.30 hingga 08.30 WIB dari kawasan stupa puncak Candi Borobudur.

Pukul 05.48 WIB, matahari mulai muncul menghiasi langit yang cukup cerah di kawasan Borobudur dengan latar Gunung Merapi dan Merbabu.

Dari puncak Borobudur, kabut terlihat menyelimuti rumah-rumah warga di antara pepohonan lembah Pegunungan Menoreh.

Wisatawan domestik dan mancanegara menikmati matahari terbit sebelum gerhana matahari parsial di puncak Candi Borobudur. Mereka bertahan hingga pagi, saat gerhana matahari terjadi.

Dari puncak Borobudur juga terdengar pengumuman pengurus masjid mengajak umat Islam di kawasan candi melaksanakan salat gerhana.

Kepala Balai Konservasi Borobudur Marsis Sutopo dan jajarannya menyaksikan gerhana di puncak stupa Borobudur.

"Ini peristiwa alam yang penting dan menarik, antara lain dari aspek astronomi, sedangkan dari makrokosmos dan mikrokosmos membawa kesadaran bahwa manusia menjadi bagian kecil dari jagat ini," ujar Marsis.

Petugas Balai Konservasi mengambil sampel batuan untuk meneliti kemungkinan adanya perubahan rona batu Candi Borobudur setelah gerhana. Petugas memotret sampel batu sebelum, selama, dan setelah gerhana.

"Hasilnya belum tahu pasti karena masih akan terus diteliti, apakah ada perubahan rona batuan," katanya.


Pewarta: M. Hari Atmoko
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016