Gaza (ANTARA News) - Seorang bocah Palestina beserta saudarinya tewas di wilayah Gaza pada Sabtu akibat terkena pecahan peluru kendali, yang ditembakkan pesawat Israel, kata pejabat kesehatan.

Peristiwa tersebut terjadi beberapa jam setelah pegaris keras meluncurkan sejumlah roket ke arah Israel.

Sejumlah pernyataan dari militer Israel mengatakan pesawat menyasar empat markas pelatihan pegaris keras milik Hamas setelah empat peluru kendali mengenai wilayah kosong di Israel selatan pada Jumat malam. Tidak ada korban akibat serangan roket tersebut.

Penduduk Beit Lahiya, di bagian utara Jalur Gaza, mengatakan Yassin Abu Khoussa, 10 tahun, tewas setelah pecahan ledakan mengenai rumahnya, yang terletak di dekat markas pelatihan militer.

Saudarinya, yang berusia enam tahun, Israa mengalami luka parah dan meninggal setelah dilarikan ke rumah sakit, kata juru bicara kementerian kesehatan Gaza, Ashraf al Qidra.

Kekacauan akibat sejumlah serangan udara di Gaza itu adalah yang pertama sejak Oktober lalu. Pihak militer Israel mengatakan bahwa sejak awal tahun ini dan termasuk yang ditembakkan pada Jumat, sebanyak tujuh buah roket telah ditembakkan dari Jalur Gaza ke arah Israel.

Menteri Pertahanan Israel Moshe Yaalon mengatakan adanya sejumlah kelompok militan berada di balik peluncuran roket itu.

"Kami tidak akan mentolerir segala gangguan terhadap ketenangan dan kehidupan sehari-hari penduduk yang tinggal di sekitar Jalur Gaza, itulah mengapa kami berlaku keras terhadap sejumlah aset Hamas dan kami akan bertindak lebih keras lagi jika mereka terus melanjutkannya," kata Yaalon.

Serangan roket Gaza telah meningkat secara signifikan sejak perang 2014, ketika para militan menembakkan ribuan roket dan mortar ke arah Israel. Serangan dari Israel menewaskan lebih dari 2.100 orang warga Palestina, kebanyakan warga, sementara pasukan Palestina menewaskan enam orang warga sipil Israel dan 67 orang tentara.

Dalam pernyataan ancaman terhadap Israel yang jarang sejak perang Gaza, sayap militer Hamas mengatakan bahwa mereka tidak akan mau menerima pertumpahan darah anak-anak mereka oleh Israel, namun tidak menandakan adanya pembalasan dendam.

Pejabat Israel mengatakan bahwa dalam usahanya untuk mencegah terjadinya konflik yang dipicu oleh Hamas, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu berbicara kepada Presiden perancis Francois Hollande pada Jumat dan perusahaan satelit Perancis Eutelsat telah melumpuhkan stasiun televisi al Aqsa milik Hamas.

Namun, penduduk Jalur Gaza mengatakan bahwa salurannya masih dapat diterima dengan pemancar lain, demikian Reuters melaporkan.

(Ian/KR-MBR)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016