Jakarta (ANTARA News) - Sebuah data menunjukkan bahwa sekitar 40 persen penduduk Jakarta, atau empat juta orang, membuang sampah domestik secara langsung ke sungai-sungai, yang bermuara ke Teluk Jakarta. Menurut Gempur Adnan, Deputi Menneg LH Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan, 60-70 persen total volume pencemaran yang masuk ke sungai-sungai Jakarta disebabkan oleh limbah domestik, sampah rumah tangga. "Sementara 30 persen sisanya dihasilkan oleh sumber lain, terutama sektor industri," kata Gempur kepada ANTARA News, di Jakarta, Selasa. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa upaya mengendalikan pencamaran sungai dan Teluk Jakarta telah dilakukan dengan menekan sebisa mungkin, di tingkat sumber, agar limbah yang dibuang ke perairan tidak terlalu banyak. "Kita berusaha mengendalikan pencemaran ini dari sumbernya, lewat program Kali Bersih dan Proper - untuk kalangan industri menengah dan besar, serta memaksimalkan 3R (kurangi, gunakan ulang, dan daur ulang)," kata Gempur. Namun tetap saja ia mengakui bahwa upaya-upaya tersebut belum efektif menekan kasus pencemaran sungai dan Teluk Jakarta, terkait kendala di tingkat masyarakat yang tinggal di kawasan sungai-sungai Jakarta. Gempur menilai, masyarakat berekonomi menengah-miskin yang banyak tinggal di bantaran kali dan sungai sangat sulit dikendalikan, padahal mereka berkontribusi besar terhadap pencemaran sungai dan Teluk Jakarta. "Daya paham masyarakat yang tinggal di bantaran kali dan sungai memang rendah, tapi itu juga karena mereka beranggapan efek pencemaran tidak secara langsung mereka rasakan," kata dia. Dibandingkan dengan penduduk yang tinggal di bantaran kali dan sungai, Gempur berpendapat masyarakat yang tidak tinggal di bantaran kali dan sungai lebih mudah diarahkan dan dikendalikan untuk tidak membuang sampah (limbah padat) dan limbah cair ke sungai. Pencemaran Teluk Jakarta juga datang dari kegiatan di laut lepas, berupa industri migas lepas pantai, kapal niaga, dan perikanan. Total beban pencemaran limbah organik yang masuk ke Teluk Jakarta selama tahun 1993 mencapai sekitar 120 ton BOD5 per hari. Sementara beban pencemaran dan konsenterasi senyawa nitrat, ammonia, dan fosfat di perairan Teluk Jakarta pada tahun 1984-1997 menunjukkan kecenderungan yang meningkat (Anna, 1999). Data FAO tahun 1998 menunjukkan bahwa konsentrasi rerata logam berat (mg/kg) berupa merkuri (Hg) dalam sedimen di Teluk Jakarta, adalah 0,6 sedangkan konsentrasi alami dan baku mutu maksimal adalah 0,5. Pencemaran minyak di Kepulauan Seribu dan Teluk Jakarta juga terus bertambah. Sebelum tahun 2004, rata-rata pencemaran minyak terjadi 2 kali setahun. Pada 2004 terjadi 5 kali, yaitu pada 28 Maret 2004 terdapat pencemaran minyak yang mengotori 78 pulau, pada 24 April mencemari 37 pulau, 2 Mei mencemari Pulau Pramuka dan Peniki, pada 5 Mei minyak juga mencemari Pulau Pari, Panjang, dan Kelapa, dan pada 1 Oktober pencemaran menimpa 5 pulau (Suharjono, 2004). Teluk Jakarta terletak antara Tanjung Karawang di sebelah Timur dan Tanjung Pasir di Sebelah Barat. Luas teluk adalah 285 km2, dengan garis pantai sepanjang 33 km, dan rata-rata kedalaman perairan 8,4 m. Di Jakarta terdapat 13 sungai dengan total debit rata-rata 112,7 m3 /detik mengalir ke Teluk Jakarta.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007