Canberra (ANTARA News) - Australia sangat memprihatinkan penangkapan dua warganya yang berprofesi sebagai wartawan di Malaysia, setelah mereka berusaha mengajukan pertanyaan kepada Perdana Menteri Malaysia, Najib Razak, atas dugaan korupsi, kata Menteri Luar Negeri Australia, Julie Bishop, Senin.

Para wartawan dari Radio Australia ABC (Australian Broadcasting Cooperations) untuk acara laporan investigasi, Four Corners, ditahan di Rumah Tahanan Borneo di Serawak, Sabtu malam, setelah mendekati Najib di luar masjid.

Polisi Malaysia dalam pernyataannya mengatakan, kedua wartawan itu ditangkap karena tidak mematuhi perintah polisi agar tidak melintasi garis batas keamanan.

Mereka dibebaskan dengan jaminan pada Minggu atas dakwaan "menghalangi pegawai negeri sipil yang sedang melaksanakan tugasnya."

Bishop mengatakan kepada Radio ABC "sangat prihatin". "Kami menyediakan dukungan konsultasi bagi awak ABC dan dengan pasti mengangkat masalah ini ke tingkat yang sepantasnya dengan pemerintah Malaysia," katanya.

Najib mendapat tekanan untuk mundur sejak pertengahan tahun lalu atas dugaan korupsi terkait dana pinjaman dan akun deposito pribadinya bernilai 680 juta dolar Amerika Serikat. 

Dia menampik tudingan tersebut dan mengatakan tidak memetik keuntungan pribadi dari dana tersebut dan pada awal tahun ini dinyatakan bebas dari semua tuduhan korupsi.

Sally Neighbour, produser acara tersebut menulis di Twitter bahwa para wartawan itu berada di Malaysia untuk melakukan liputan skandal korupsi dan tidak melakukan pelanggaran hukum apapun.

"Wartawan kami melakukan tugas jurnalistik di negara yang memiliki kebebasan pers," tulisnya.

Wartawan Linton Besser dan juru kamera Louie Eroglu mendapatkan kembali paspor mereka, kata Neighbour, tetapi dilarang meninggalkan negara tersebut.

Mantan pemimpin Malaysia, Mahathir Mohamad, juga memberi tekanan kepada Najib untuk mundur pada bulan ini, ditandai dengan putaran politik bergabung dengan musuh lamanya termasuk partai dari Anwar Ibrahim.

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016