... kehadiran Paguyuban OV-10F Bronco Indonesia sangat ditunggu-tunggu mengingat TNI AU merupakan pengguna pesawat OV-10 Bronco paling aktif dan paling kenyang operasi tempur di seluruh dunia...
Jakarta (ANTARA News) - Para veteran penerbang pesawat tempur reconnaisanse-counter insurgence OV-10F Bronco TNI AU dikenang dan dicatatkan nama-namanya dalam daftar OV-10 Bronco Association yang bermarkas di Fort Worth, Texas, Amerika Serikat. 




Hal tersebut disampaikan Utusan Khusus Menteri Perhubungan untuk International Civil Aviation Organization (ICAO), Indroyono Soesilo, dalam pernyataan yang diterima di Jakarta, Senin.




Dia berkunjung ke Museum OV-10 Bronco, di Fort Worth Texas, Minggu (13/3), untuk menyerahkan miniatur pesawat OV-10F Bronco TNI AU, Buku 30 Tahun Pengabdian OV-10F Bronco TNI-AU Mengawal NKRI, serta foto-foto para veteran penerbang OV-10F Bronco guna menambah koleksi museum tersebut.




Pesawat tempur taktis OV-10 Bronco memperkuat angkatan udara di 12 negara, di antaranya Amerika Serikat (termasuk oleh Korps Marinir Amerika Serikat), Jerman, Thailand, Filipina, Colombia, Venezuela, dan Indonesia. 




TNI AU pernah mengoperasikan OV-10F Bronco salah satunya di Skuadron Udara 21 TNI AU yang berpangkalan di Pangkalan Udara Utama TNI AU Abdurrahman Saleh, Malang, Jawa Timur. Dia bergabung dengan TNI AU pada 1976 dan 16 unit OV-10F Bronco ini malang-melintang dalam berbagai misi operasi militer penting Indonesia. 




Dia dipensiunkan dari dinas TNI AU pada 2007, dan sebagian di antara OV-10 Bronco buatan North American International, Amerika Serikat, ini diserahkan ke beberapa pemerintahan daerah untuk dijadikan monumen kedirgantaraan setempat. Sampai akhirnya dia digantikan EMB-314 Super Tucano buatan Embraer SA, Brazil. 




Ditenagai dua mesin turboprop, OV-10F Bronco memiliki keunikan sekaligus keunggulan tersendiri di tangan operatornya. Dinding dan lantai kabin pilot dan kopilotnya dilapisi baja yang tahan tembakan kaliber 7,62 dari jarak dekat. Ini juga yang membuat pilot-kopilotnya percaya diri untuk straffing ke sasaran di darat memakai kanon M197 kaliber 20 milimeter dari ketinggian rendah. 




Bagi perwira dan prajurit TNI AD dan TNI AU yang sempat turut dalam Operasi Seroja pada dasawarsa '70-an hingga '80-an, bisa dipastikan sangat mengenal sosok OV-10 Bronco alias Si Kuda Liar ini. 




Yang unik juga, kompartemen di belakang kursi pilot-kopilot bisa dijadikan ruangan multi guna, mulai dari ambulans udara hingga misi penerjunan empat personel penerjun payung. 




Para veteran pilot OV-10 Bronco di seluruh dunia bergabung dalam OV-10 Bronco Association dan membangun Museum OV-10 Bronco di Fort Worth yang didedikasikan kepada para penerbang tempur OV-10 Bronco di seluruh dunia. 




Bronco merupakan lambang kuda yang berkaitan erat dengan cowboy, ciri khas negara bagian Texas. Di Amerika Serikat, cukup banyak warga negara setempat yang memiliki dan merawat serta tetap menerbangkan OV-10 Bronco ini dalam berbagai variannya; namun semua sistem kesenjataannya telah dicabut. 




"Di sini, kehadiran Paguyuban OV-10F Bronco Indonesia sangat ditunggu-tunggu mengingat TNI AU merupakan pengguna pesawat OV-10 Bronco paling aktif dan paling kenyang operasi tempur di seluruh dunia," kata Indroyono.




Pesawat-pesawat tersebut ditempatkan di Skadron Udara 3, Skadron Udara 1 dan Skadron Udara 21 TNI AU.




Selama 31 tahun pengabdian, Skuadron Udara 21 TNI AU saat mengoperasikan OV-10F Bronco paling banyak melaksanakan operasi keamanan dalam negeri, antara lain Operasi Seroja, Tumpas, Halilintar, Guruh, Petir, Kilat, Tuntas, Halau, Rencong Terbang dan Operasi Oscar.




Indonesia memiliki paling tidak 100 veteran penerbang tempur OV-10 Bronco, yang 21 di antaranya adalah purnawirawan perwira tinggi berbintang satu hingga empat. Dari kokpit OV-10 Bronco itu, "lahir" empat kepala staf TNI AU, di antaranya Marsekal TNI (Purnawirawan) Hanafie Asnan (1998-2002). 




Nama-nama mereka diabadikan di OV-10 Bronco Museum Fort Worth, Texas, bersama nama para veteran pilot OV-10 Bronco dari seluruh dunia.

Pewarta: Libertina Ambari
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016