Bandung (ANTARA News) - Semburat kecewa terbersit di wajah Petra Ray Matheo. Lagi-lagi, bocah asal Bekasi itu gagal meraih tiket ke grandfinal Audisi Umum Djarum Bulu Tangkis. Audisi yang berlangsung di Bikasoga Badminton Hall, Bandung itu merupakan yang kelima kalinya ia ikuti setelah audisi tahun 2012 dan berturut-turut hingga 2015.

"Tidak kapok, saya mau coba lagi," kata Petra yang saat itu ditemani ayahnya, Ronny Susila (39), di Bandung, Senin.

Langkah Petra sebenarnya sudah terhenti pada babak perempatfinal. Namun, Tim Pencari Bakat menilai kemampuan Petra patut dipertimbangkan mendapat supertiket pilihan.

Tiket khusus tersebut diberikan kepada peserta yang kalah di tahap pertandingan namun dinilai memiliki bakat potensial.

Harapan Petra kembali sirna setelah namanya tidak termasuk dalam daftar penerima supertiket pilihan. Namun bagi Petra, itu bukan harapan terakhir.

"Saya akan ikut audisi lagi di Kudus nanti," ujarnya.

Tekad Petra menunjukkan kegigihannya mengejar mimpi sebagai juara dunia, seperti idolanya asal China Lin Dan. "Saya ingin jadi atlet dunia. Saya ingin membanggakan Indonesia," kata Petra yang mulai berlatih bulu tangkis sejak usia lima tahun itu.

Kegigihannya juga ditunjukkan sehari-hari dengan jadwal latihan yang padat di klubnya Mandiri Jaya Utama Bekasi.

Petra latihan dari pagi pukul 08.00 WIB hingga pukul 20.00 WIB. Saat jeda latihan, ia beristirahat di asrama klub.

"Kalau malam baru dijemput pulang ke rumah," tuturnya.

Sejak menginjak bangku kelas tujuh, ia memilih homeschooling agar tidak mengganggu agenda latihan bulu tangkisnya.

Impian sejak kecil Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Bakat Petra mengalir deras dari ayahnya, Ronny Susila yang mantan atlet bulu tangkis di kota kelahirannya di Pati, Jawa Tengah.

"Tetapi saya atlet yang tidak jadi. Berhenti waktu SMA. Lalu saya kenalkan bulu tangkis ke Petra, tetapi saya tidak menyangka kalau dia benar-benar jadi mencintai bulu tangkis," jelas Ronny.

Diceritakan Ronny, mereka tidak pernah absen menonton pertandingan bulu tangkis terutama turnamen besar yang digelar di Istora Senayan Jakarta.

Saking semangatnya, kata Ronny, Petra selalu ingin datang paling awal dan pulang paling terakhir.

"Bahkan kadang kami terpaksa menginap di hotel biar tidak jauh bolak balik," ujarnya, Dari koleksi foto yang ditunjukkan Ronny, bisa dibilang Petra telah memiliki foto-foto bersama atlet Indonesia hingga internasional mulai dari Taufik Hidayat, Christian Hadinata, Susy Susanti, Chen Long, Lee Chong Wei dan masi banyak lagi sejak Petra kecil.

Ronny mulai melatih Petra bulu tangkis sebelum kemudian mendaftarkannya ke klub tempat ia bernaung hingga saat ini.

Selain bulu tangkis, Petra juga dikenalkan olahraga lainnya seperti renang dan juga alat musik seperti drum dan gitar. Namun, bulu tangkis yang paling mencuri perhatiannya.

Kegagalan kali ini tidak membuat Petra jatuh. Sebagaimana yang diterapkan Ronny bahwa menyelami bulu tangkis bukan hanya soal menjadi atlet yang sukses.

"Bukan juga soal kalah dan menang tetapi bagaimana agar dia bisa menghormati wasit, menghormati lawan, dan bisa menerima kekalahan," tutur Ronny.

Pewarta: Monalisa
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016