Semarang (ANTARA News) - Mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) berdoa agar cita-cita almarhum Sulistyo untuk mewujudkan kesejahteraan guru Indonesia tercapai.

"Semoga cita-cita almarhum untuk memperjuangkan nasib dan masa depan guru se-Indonesia dikabulkan Allah SWT," katanya saat melayat ke rumah keluarga Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia Sulistyo di Jalan Karangingas Raya No.8, Tlogosari Kulon, Semarang, Selasa.

Para pelayat yang memadati rumah duka mengamini doa SBY tersebut. Ia lalu menyampaikan belasungkawa ke keluarga Sulistyo, yang juga anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD).

SBY bersama isterinya Ani Yudhoyono dan putera kedua mereka, Edhie Baskoro Yudhono, tiba di rumah keluarga Sulistyo pukul 11.25 WIB.

Jenazah Sulistyo, yang diterbangkan dari Jakarta, tiba di rumah duka sekitar pukul 11.30 WIB. Para pelayat menyalatkan jenazahnya di rumah duka dan di masjid yang ada di sampingnya.

Di antara ribuan pelayat, antara lain ada Ketua DPD Irman Gusman, Wakil Gubernur Jawa Tengah Heru Sudjatmoko, Sekretaris Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Tengah Sri Puryono, Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi, mantan Menteri Pemuda dan Olahraga Roy Suryo.

Ketua Ketua PGRI Jawa Tengah Widadi, Rektor Universitas PGRI Semarang (Upgris) Muhdi, serta para pejabat dan tokoh masyarakat Jawa Tengah juga tampak melayat di rumah duka.

Karangan bunga tanda duka dari berbagai kalangan berjajar di tepi kanan dan kiri jalan menuju rumah duka.

Jenazah Sulistyo sebelumnya akan dimakamkan di Semarang, namun atas permintaan orangtuanya jenazah akan dimakamkan di tanah kelahirannya di Banjarnegara. Jenazah Sulistyo diberangkatkan dari Semarang sekitar pukul 12.00 WIB.

Ketua Umum PGRI Sulistyo meninggal dunia pada usia 54 tahun akibat kebakaran di salah satu ruang Rumah Sakit TNI Angkatan Laut (RSAL) Mintoharjo, Jakarta, Senin, sekitar pukul 13.10 WIB.

Ketika itu Sulistyo yang juga mantan Rektor IKIP PGRI Semarang (sekarang Upgris) berada di RSAL Mintoharjo, Jakarta, untuk terapi oksigen murni (hiperbarik).

Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016