Bogor (ANTARA News) - Putri Kerajaan Belgia, Adipati Wanita Agung Astrid Josephine Charlotte Fabrizia Elisabeth Paola Marie, begitu terkesima begitu melihat Pohon Jodoh yang ada di Kebun Raya Bogor, Jawa Barat, Rabu.

Kasubag Kerja Sama dan Informasi, Pusat Konservasi Tumbuhan (PKT) Kebun Raya Bogor-LIPI, Rosniati A Risna yang berkesempatan mendampingi Putri Astrid saat berkeliling Kebun Raya mengatakan, Putri Kerajaan Belgia berkomentar saat melihat pohon yang tingginya lebih dari 10 meter tersebut.

"Enormous..!! (besar sekali-red), berbeda dengan kebun raya di Eropa," kata Putri sambil melihat pohon itu dari bawah sampai ke atas dengan tatapan terkesima.

Rosniati mengatakan, saat mengelilingi Kebun Raya, Putri Astrid didampingi oleh Kepala PKT Kebun Raya Bogor-LIPI, Didik Widyatmoko, Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati LIPI, Prof Enny Sudarmonowati, dan Dubes Belgia untuk Indonesia Patrick Herman.

Selama berkeliling, pemandu wisatawan yang mengendarai mobil wisata yang ditumpangi rombongan VVIP dari Belgia menjelaskan nama koleksi serta sejarah pohon yang dilintasi oleh Putri Astrid saat berkeliling.

Menurut pemandu wisata, Pohon Jodoh tersebut adalah dua pohon berbeda jenis yakni pohon meranti dan pohon beringin yang ditanam tahun 1866. Pohon itu tumbuh berhadapan, seperti berpasangan. Terdapat sebuah kursi di tengahnya yang digunakan oleh sejumlah pasangan untuk mengabadikan momen kebersamaannya. Ada mitos menyebutkan, siapa yang duduk di bangku tersebut akan berjodoh.

"Dubes Belgia, Patrick Herman ikut membantu memperkenalkan apa saja koleksi yang dimiliki Kebun Raya, dan kita merasa terbantu," kata Rosniati.

Selain pohon jodoh, putri juga melihat koleksi-koleksi lain yang ada di kebun raya, seperti pohon jambu-jambuan, kelapa sawit, anggrek dan monumen Belgia berupa pohon bunga tasbih (Cana hibrida) dengan warna bunga, kelopak dan daun yang mewakili bendera negara tersebut yakni merah, kuning dan hitam.

"Dubes menyampaikan kepada Putri, kebun raya menyimpan banyak koleksi tumbuhan, selain tanaman keras juga tanaman pangan dan buah-buahan," kata Rosniati.

Usai berkeliling dengan mobil wisata, Putri Astrid berkesempatan berfoto di plang nama jalan yakni Jalan Asrtid yang merupakan nama dari neneknya yang pernah datang berbulan madu ke Kebun Raya Bogor tahun 1928.

Putri Astrid seperti bernostalgia dengan kenangan nenek dan kakeknya yang pernah berbulan madu di Kebun Raya Bogor yang dulunya bernama sLand Platentuin te Buitenzorg. Kunjungan tersebut diabadikan dengan pemberian nama Astrid pada salah satu jalan di dalam kebun raya peninggalan Belanda.

Putri dari Raja Albert II dari Belgia tersebut berpose riang sambil menunjuk plang nama Jalan Astrid sambil bersandar dan memegangnya. Secara bergantian ia berfoto bersama jajaran menteri yang mendampinginya.

"Kebun Raya dan Kerajaan Belgia memiliki hubungan emosional yang sudah ada sejak puluha tahun lalu, tetapnya sejak kunjungan Ratu Astrid dan Raja Leopold III," kata Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati LIPI, Prof Enny Sudarmonowati.

Enny mengatakan, kunjungan Putri Astrid menjadi momentum mendekati 100 tahun Jalan Astrid Kebun Raya Bogor. Ia menawarkan dibangunnya hubungan yang lebih kuat melalui kolaborasi yang kongkrit dalam hal riset, perkebunrayaan, konservasi dan hortikultura serta program pertukaran staf untuk transfer ilmu pengetahuan.

Kepala PKT Kebun Raya Bogor-LIPI, Didik Widyamoko menyampaikan, dirinya pernah berkunjung ke kebun raya nasional Belgia yang terletak di Kota Meise. Ia berharap, ada kerja sama antara Kebun Raya Bogor dan Kebun Raya Nasional Belgia karena memiliki ruh yang sama dalam konservasi tumbuhan.

Mendengar hal itu, Putri Astrid menyampaikan kepada Duta Besarnya untuk mendukung wacana tersebut.

Putri Astrid yang menggunakan setelan celana panjang warna ungu, kemeja hijau bercorak flora dan cadigan warna biru tua mengakhiri kunjungan berkeliling kebun raya menuju Cafe Dedaunan untuk makan siang secara informal dengan jajaran LIPI dan Kebun Raya.

Sebelumnya Putri juga sempat melakukan penanaman pohon bambu Lako Widjaja (Poeceae) merupakan bambu endemik Pulau Timor yang ditemukan oleh Prof Elizabeth A Widjaja yang dikembangkan oleh PT Bambu Nusa Verde.

Pewarta: Laily Rahmawati
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016