Perserikatan Bangsa-Bangsa/PBB-Rabat (ANTARA News) - Maroko meminta PBB menarik 84 staf dari Misi Sahara Barat setelah menuduh Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon tidak lagi netral dalam konflik mengenai daerah sengketa itu.

"Semua tindakan ini akan melemahkan fungsi Misi Sahara Barat PBB (MINURSO)," kata juru bicara PBB Stephane Dujarric, Kamis (17/3).

MINURSO saat ini meliputi 242 personel militer, 85 staf sipil internasional, 157 staf nasional dan 12 sukarelawan.

Dujarric mengatakan tiga orang dalam daftar yang dimasukkan oleh misi Maroko ke PBB bekerja untuk Uni Afrika dan sisanya staf PBB. Personel militer atau pemimpin misi tak terdampak pemangkasan itu.

Ia mengatakan Maroko menyatakan PBB dan Uni Afrika punya waktu tiga hari untuk memindahkan 84 staf sipil dari Sahara Barat.

Kepala Urusan Politik PBB Jeffrey Feltman menyampaikan penjelasan ke Dewan Keamanan dalam pertemuan tertutup mengenai hal itu.

Ia mengatakan bahwa duta besar Maroko telah mengirim pesan teks mengumumkan bahwa tenggat tiga hari sudah diperpanjang menjadi "dalam beberapa hari ke depan" menurut para diplomat yang menghadiri pertemuan itu kepada kantor berita Reuters.

Berbicara dengan reporter setelah pertemuan dewan, Duta Besar Ismael Gaspar Martins dari Angola, presiden dewan bulan ini, mengatakan para anggota menyuarakan keprihatinan mereka namun menyetujui pendekatan individual Maroko untuk memastikan situasi "berkembang positif."

Kontroversi mengenai komentar Ban merupakan sengketa terburuk Maroko dengan PBB sejak 1991, ketika PBB memperantarai gencatan senjata untuk mengakhiri perang Sahara Barat dan membentuk misi.

Rabat menuduh Ban pekan lalu tidak lagi netral dalam konflik, mengritik penggunaan kata "pendudukan" untuk menggambarkan pencaplokan Maroko atas daerah di pusat perjuangan itu sejak 1975, ketiga negara itu mengambilalihnya dari kekuasaan kolonial Spanyol.

Awal bulan ini Ban mengunjungi kamp pengungsi di bagian selatan Aljazair yang ditempati orang Sahrawi, yang mengatakan Sahara Barat milik mereka dan bertempur dalam perang melawan Maroko sampai gencatan senjata tahun 1991.

Front Polisario mereka menginginkan referendum, termasuk mempertanyakan kemerdekaan, tapi Rabat menyatakan hanya akan memberikan semi-otonomi.

Berbicara kepara wartawan lewat penerjemah, Misi Maroko di PBB di Manhattan, Menteri Luar Negeri Salaheddine Mezouar mengeluhkan "kekeraskepalaan Ban."

Setelah berbicara dengan anggota Dewan Keamanan, Mezouar mengatakan Maroko "memutuskan tidak akan menarik pasukannya" dari misi penjaga perdamaian PBB.

Dia mengatakan Rabat mempertimbangkan kemungkinan tindakan yang lain namun tidak mengelaborasinya.

Ban mengatakan dia ingin memulai kembali perundingan yang macet antara Maroko dan Front Polisario.(Uu.E012)

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016