Istanbul (ANTARA News) - Satu pelaku bom bunuh diri menewaskan empat orang pada Sabtu (19/3) di pusat perbelanjaan sibuk di jantung Istanbul, menambah jumlah korban tewas akibat empat serangan bunuh terpisah di Turki menjadi 80 lebih tahun ini.

Ledakan yang juga melukai sedikitnya 36 orang itu terjadi hanya beberapa ratus meter dari area tempat bus-bus polisi sering ditempatkan.

Ledakan itu membuat para pebelanja yang panik berlarian ke gang Jalan Istiklal, pedestrian panjang segaris dengan toko-toko internasional dan konsulat-konsulat asing.

Perdana Menteri Ahmet Davutoglu mengatakan ledakan itu "tidak berperikemanusiaan" dan tidak akan menghentikan Turki, yang menjadi sasaran petempur Kurdi dan ISIS, dalam memerangi "pusat-pusat terorisme."

Israel menyatakan dua warganya tewas dalam serangan itu sementara Washington menyatakan dua warga Amerika tewas dan para pejabat Turki mengatakan salah satu korbannya warga Iran, menunjukkan bahwa di antara korban tewas ada yang memiliki dua kewarganegaraan.

"Ada informasi bahwa itu serangan yang dilakukan oleh anggota ISIS, tapi ini informasi awal, kami masih menelitinya," kata Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu  kepada para pewarta.

Israel juga mengatakan 11 warganya terluka sementara Irlandia menyatakan "sejumlah" warganya terluka akibat serangan itu.

Serangan tersebut memunculkan pertanyaan lebih lanjut mengenai kemampuan Turki sebagai anggota NATO untuk melindungi diri dari tumpahan kekerasan dari perang di negara tetangganya, Suriah.

Turki sedang memerangi meluasnya pemberontakan Kurdi di bagian tenggara wilayahnya, yang dianggap muncul akibat kemenangan regional petempur milisi Kurdi di bagian utara Suriah, dan menyalahkan anggota ISIS yang menyeberang dari tetangganya di selatannya atas pengeboman baru-baru ini.

"Tidak ada pusat terorisme yang akan mencapai tujuan dengan serangan dahsyat semacam itu," kata Davutoglu dalam satu pernyataan tertulis.

"Perjuangan kita akan berlanjut dengan resolusi dan determinasi yang sama sampai terorisme benar-benar berakhir," katanya.


Kemungkinan tersangka

Tidak ada klaim tanggung jawab segera atas serangan itu.

Dua pejabat senior mengatakan serangan itu kemungkinan dilakukan oleh anggota Partai Pekerja Kurdistan (PKK), pejuang otonomi Kurdi di tenggara, atau anggota ISIS.

Cabang PKK mengklaim bertanggung jawab atas dua pengeboman bunuh diri di ibu kota Turki, Ankara, yang menewaskan 66 orang selama bulan lalu.

Sementara ISIS disalahkan atas pengeboman bunuh diri di Istanbul pada Januari yang menewaskan setidaknya 12 turis Jerman.

Seorang pejabat pada Sabtu mengatakan bahwa pengebom, yang juga tewas dalam ledakan, berencana menyerang tempat yang lebih ramai tapi terhalang keberadaan polisi.

"Penyerang meledakkan bom sebelum mencapai titik target karena takut ada polisi," kata pejabat yang menolak namanya disebutkan karena penyelidikan masih berjalan.

Pejabat yang lain mengatakan penyelidikan difokuskan pada tiga kemungkinan tersangka, semuanya pria dan dua di antaranya dari kota Gaziantep dekat perbatasan Suriah. Namun tidak ada korfirmasi lebih lanjut mengenai informasi itu.

Polisi bersenjata siaga di jalan dekat pusat perbelanjaan tempat selusin ambulans berkumpul.

Tim forensik berpakaian putih mencari barang-barang bukti ketika helikopter-helikopter polisi berputar-putar di atas lokasi.

"Saya melihat jasad di jalan. Tidak ada yang menangani dia tapi kemudian saya melihat seseorang yang sepertinya warga biasa berusaha melakukan sesuatu pada jasad itu. Itu cukup bagi saya dan saya berbalik dan pulang," kata seorang warga kepada kantor berita Reuters.

Jalan Istiklal, yang biasanya penuh pebelanja pada akhir pekan, jadi lebih sepi dari biasanya karena orang-orang memilih tinggal di rumah setelah serangkaian pengeboman mematikan.

Menteri Kesehatan Mehmet Muezzinoglu mengatakan serangan Sabtu mengakibatkan 36 terluka, tujuh di antaranya kondisinya parah. Setidaknya 24 orang yang terluka adalah warga asing menurut kantor gubernur Istanbul.(Uu.M052)

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016