Jakarta (ANTARA News) - Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian mengeluarkan rekomendasi agar pengembangan sentra produksi baru bawang merah dan cabai.

Kepala Balitbangtan M.Syakir di Jakarta, Selasa menyatakan, saat ini sentra produksi bawang merah berada di Kabupaten Brebes (Jawa Tengah), Cirebon (Jawa Barat), Nganjuk (Jawa Timur) dan Nusa Tenggara Barat.

"Kami merekomendasikan di Sulteng, Sulut, Sumut dan Sumbar yang memiliki potensi untuk sentra produksi yang baru," ucapnya.

Komoditas cabai, lanjutnya, daerah-daerah baru yang direkomendasikan sebagai sentra produksi yakni Sumbar, Sumsel, Bali dan Sulsel.

Menurut dia, dalam periode Januari hingga April, biasanya di Pulau Jawa terjadi defisit pasokan kedua komoditas hortikultura tersebut, sehingga seluruh produksi di Jawa hanya untuk mencukupi kebutuhan di wilayah tersebut.

Dengan pengembangan sentra-sentra produksi baru tersebut, lanjut Syakir, jika terjadi penurunan produksi maka tidak semuanya pasokan lari ke Jawa.

Penguasaan bawang merah di Indonesia hanya dilakukan di daerah tertentu dan terkonsentrasi di Jawa, yakni sekitar 80 persen yang mana hampir 42 persen di antaranya terkonsentrasi di Jawa Tengah (Brebes), diikuti Jawa Timur (24 persen di Nganjuk dan Probolinggo) serta Jawa Barat 11 persen (Cirebon).

Sedangkan di luar Pulau Jawa, penguasaan produksi bawang merah adalah NTB sebanyak 9 persen, Sumatera Barat (5 persen) dan Sulawesi Selatan (4 persen).

Pada kesempatan tersebut Kabalitbangtan menegaskan, saat ini pasokan bawang merah dan cabai di Indonesia secara umum sudah mencukupi yang mana selama 2014 kebutuhan bawang merah sebanyak 0,63 juta ton sedangkan pasokan nasional 1,23 juta ton.

Demikian juga dengan cabai besar dan cabai rawit, kebutuhannya masing-masing sebanyak 0,37 juta ton dan 0,32 juta ton sementara produksi nasional mencapai 1,7 juta ton dan 0,8 juta ton.

"Fluktuasi dan disparitas harga terjadi karena distribusi produksi yang tidak merata baik lokasi dan waktu," ujarnya.

Pewarta: Subagyo
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016