... Pembantaian mengerikan terhadap puluhan orang di taman di Lahore, Pakistan, memberikan bayangan kesedihan dan penderitaan pada perayaan Paskah...
Lahore/Islamabad, Pakistan (ANTARA News) - Pengebom bunuh diri, Minggu, menewaskan sedikitnya 65 orang, kebanyakan perempuan dan anak-anak, di sebuah taman di Lahore dalam serangan yang diklaim oleh faksi Taliban Pakistan yang mengatakan telah menyasar umat Kristen.

Lebih dari 300 orang lainnya terluka, kata para pejabat.

Ledakan terjadi di area parkir Taman Gulshan-e-Iqbal dekat ayunan anak-anak. Taman itu adalah tempat populer bagi anggota komunitas Kristen di Lahore, banyak dari mereka telah pergi ke sana untuk merayakan liburan akhir pekan Paskah.

Saksi mata mengatakan mereka melihat bagian tubuh berserakan di tempat parkir setelah ledakan menghantam.

"Ketika ledakan terjadi, api begitu naik tinggi melewati pohon dan saya melihat tubuh-tubuh beterbangan di udara," kata Hasan Imran (30), seorang warga yang pergi ke Taman Gulshan-e-Iqbal untuk berjalan-jalan.

Para pejabat mengatakan 65 orang tewas dan sekitar 300 orang luka-luka serius.

Inspektur Polisi, Mustansar Feroze, mengatakan, sebagian besar korban jiwa adalah wanita dan anak-anak.

Faksi Taliban Jamaat-ul-Ahrar mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.

"Sasaran serangan itu adalah umat Kristen," kata juru bicara fraksi, Ehsanullah Ehsan. "Kami ingin mengirim pesan ini ke Perdana Menteri Pakistan, Nawaz Sharif, bahwa kami telah memasuki Lahore."

"Dia dapat melakukan apa saja yang dia inginkan tapi dia tidak akan bisa menghentikan kami. Para pengebom bunuh diri kami akan terus melakukan serangan ini."

Pegaris keras di Pakistan telah menyerang orang-orang Kristen dan kelompok kecil agama lain selama sepuluh tahun terakhir. 

Banyak umat Kristen menuduh pemerintah sedikit melakukan tindakan untuk melindungi mereka, mengatakan politisi hanya cepat menyampaikan belasungkawa setelah serangan tapi lambat untuk mengambil langkah-langkah konkret untuk meningkatkan keamanan.

Korban bertambah
Penasihat kesehatan bagi pemerintah provinsi Punjab, Salman Rafique mengatakan banyak dari korban luka menjalani operasi darurat di rumah sakit.

"Kami khawatir bahwa jumlah korban tewas akan meningkat tajam," katanya.

Tayangan televisi menunjukkan anak-anak dan perempuan berdiri di kolam berdarah di luar taman, menangis dan menjerit saat petugas penyelamat, pejabat, polisi dan pengamat membawa orang yang terluka ke ambulans dan mobil pribadi.

Puluhan perempuan dan anak-anak dibawa ke rumah sakit, berlumuran darah. Banyak yang terluka dibawa ke rumah sakit dengan mengunakan taksi dan becak otomatis karena kekurangan ambulans. Ratusan warga tiba di luar rumah sakit untuk menyumbangkan darah.

Saluran televisi lokal melaporkan banyak mayat yang disimpan di bangsal rumah sakit karena rumah duka yang penuh sesak.

"Kami berada di sini hanya untuk merasakan malam yang indah dan menikmati cuaca," kata Nasreen Bibi di Rumah Sakit Services, menangis sambil menunggu informasi lanjutan dari dokter terkait kondisi anaknya yang berusia dua tahun yang terluka akibat serangan.

"Semoga Tuhan mencurahkan murka-Nya pada para penyerang ini. Orang seperti apa yang tega menyerang anak-anak kecil di taman?"

Segera setelah serangan itu, pemerintah Provinsi Punjab memerintahkan semua taman umum harus ditutup dan mengumumkan tiga hari berkabung di provinsi itu. Tempat perbelanjaan utama ditutup dan banyak jalan utama kota sepi.

Tentara diperintahkan untuk mengendalikan kerumunan di luar taman.

Beberapa orang bingung, kerabat yang menangis bentrok dengan polisi dan pejabat penyelamatan.

Vatikan mengutuk serangan itu dan mengatakan Paus Fransiskus berdoa untuk semua orang Pakistan, termasuk kelompok kecil Kristen.

"Pembantaian mengerikan terhadap puluhan orang di taman di Lahore, Pakistan, memberikan bayangan kesedihan dan penderitaan pada perayaan Paskah," katanya.

Di Amerika Serikat, sekutu strategis Pakistan, juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih Ned Price mengatakan dalam sebuah pernyataan: "Amerika Serikat berada di sisi rakyat dan pemerintah Pakistan pada saat-saat sulit ini. Kami akan terus bekerja sama dengan mitra kami di Pakistan dan di seluruh wilaya ... untuk membasmi momok terorisme."

Pakistan, sebuah negara bersenjatakan nuklir dengan 190 juta orang, terkendala oleh pemberontakan Taliban, kelompok kejahatan dan kekerasan sektarian. Punjab adalah provinsi terbesar dan terkaya di negara itu tapi secara tradisional lebih damai daripada bagian lain dari Pakistan.

Penentang Sharif menuduhnya menoleransi militansi sebagai imbalan bagi perdamaian di provinsi itu, namum dia menyangkal tuduhan itu.

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016