Ketika saya jadi Sekretaris Kabinet, semua orang ingin betemu, semua ingin hubungi. Saya tidak mau bertemu siapa pun sebelum proses diputuskan
Jakarta (ANTARA News) - Sekretaris Kabinet Pramono Anung mengatakan kasus korupsi seperti narkoba karena keduanya memiliki banyak kesamaan dan selama ini dia selalu berusaha menjaga dirinya dari prilaku korup dengan menjauhi bibit-bibit prilaku korup, termasuk selagi dalam jabatan Sekretaris Kabinet.

"Menurut saya, korupsi itu seperti narkoba. Kalau ketahuan malu tapi ketagihan," kata Pramono di sela-sela pencanangan dan sosialisasi pembangunan zona integritas Sekretariat Kabinet RI di Gedung Sekretariat Kabinet, Jakarta, Selasa.

Acara itu juga dihadiri oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Yuddy Chrisnandi, Ketua Ombudsman Amzuliani Rivai dan Deputi Pencegahan di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Pahala Nainggolan.

Pramono mengungkapkan, orang yang melakukan korupsi bukan orang sembarangan. Begitu pula dengan orang yang memakai narkoba bukan orang kekurangan bahkan memiliki materi berlebih.

Menurut dia, korupsi dan narkoba sama-sama sulit diberantas bahkan kedua kejahatan ini tetap terjadi kendati para pelaku berada dalam penjara.

Ia mengatakan genderang perang melawan narkoba terus ditabuh, namun narkoba tetap saja menjadi momok, bahkan berkali-kali polisi menggerebek penjara untuk menemukan narkoba.

"Hal itu juga terjadi pada kasus korupsi yang sampai saat ini masih ada," kata Pramono.

Menurut Pramono, orang yang tertangkap KPK karena kasus korupsi biasanya akan menangis begitu tertangkap. Namun setelah itu mereka malah bisa tersenyum kepada publik melalui tayangan televisi.

"Ketika datang pertama di KPK nangis-nangis dan mengharu biru. Tetapi di tahapan berikutnya saat sudah memakai jaket oranye (baju tahanan), dia dadah dadah (melambaikan tangan), melihat banyak kamera (wartawan)," ujarnya.

Pramono lalu berbagi pengalaman dalam melindungi dirinya dari korupsi dengan menghindari tempat-tempat yang rawan praktik korupsi.

Selama empat periode menjadi anggota DPR, Pramono menghindari berada di Badan Anggaran, Komisi III dan Komisi XI. Dia memilih berada di komisi yang "susah", demi mencegah dirinya dari berbuat korup.

Bahkan saat menjadi wakil ketua DPR, dia menolak menjadi pimpinan yang mengkoordinasikan Badan Anggaran.

Kini, saat menjadi Sekretaris Kabinet, Pramono menolak bertemu dengan siapa pun yang berkaitan dengan pengangkatan jabatan tinggi, mengingat Sekretaris Kabinet juga menjabat Sekretaris Tim Penilai Akhir (TPA) pejabat tinggi di kementerian dan lembaga negara.

"Ketika saya jadi Sekretaris Kabinet, semua orang ingin betemu, semua ingin hubungi. Saya tidak mau bertemu siapa pun sebelum proses diputuskan," katanya.

Pramonon memilih disebut sombong karena enggan bertemu dengan seseorang yang berkepentingan. Menurut dia, tak apa disebut sombong karena itu lebih baik ketimbang menjadi omongan orang karena telah menerima seseorang.

Oleh Santoso
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2016