Washington (ANTARA News) - Menghadapi pelambatan pertumbuhan ekonomi global, Dana Moneter Internasional (IMF), Kamis, menyerukan kebijakan-kebijakan yang mendukung penelitian dan pengembangan untuk meningkatkan inovasi.

"Kebijakan fiskal dapat memainkan peran penting dalam mendorong inovasi melalui dampaknya pada penelitian dan pengembangan (R&D), kewirausahaan, dan transfer teknologi," kata IMF dalam laporan menjelang pertemuan dua kali setahun di Washington pada April.

Di antara rekomendasi-rekomendasinya, IMF memperkirakan bahwa bisnis di negara-negara maju akan menginvestasikan 40 persen lebih di R&D secara rata-rata daripada yang mereka lakukan saat ini, yang dalam jangka panjang bisa meningkatkan produk domestik bruto negara masing-masing sebesar 5,0 persen, dan pada gilirannya meningkatkan pertumbuhan ekonomi global melalui transfer teknologi.

Inovasi juga merupakan cara untuk meningkatkan produktivitas di tengah kekhawatiran "bahwa ekonomi global mungkin terjebak di era pertumbuhan biasa-biasa saja," kata laporan itu.

"Pertumbuhan lambat dalam faktor produktivitas total (TFP) sangat mengkhawatirkan," katanya, merujuk ke bagian "output" daripada tidak dapat dijelaskan oleh jumlah "input", biasanya tenaga kerja dan modal, yang digunakan dalam produksi.

Pertumbuhan lambat dalam TFP "menjelaskan bagian penting dari penurunan keseluruhan potensi pertumbuhan sejak awal tahun 2000-an di negara-negara maju, dan baru-baru ini di negara-negara pasar berkembang," IMF memperingatkan, menyerukan reformasi struktural dalam tenaga kerja dan produk pasar.

Menurut data IMF, hanya 13 negara yang memiliki pengeluaran R&D berada di atas 2,0 persen dari PDB, yakni Australia, Denmark, Estonia, Prancis, Finlandia, Jerman, Islandia, Jepang, Korea Selatan, Swiss, Swedia, Amerika Serikat dan Guyana Prancis, sebuah departemen luar negeri Prancis di utara Amerika Selatan.

Kebijakan-kebijakan anggaran yang ditargetkan dapat membantu mengimbangi periode pertumbuhan ekonomi yang lemah ketika bisnis mengalami lebih banyak kesulitan dalam pembiayaan, kata lembaga 188 negara tersebut.

Para pakar IMF menyoroti bahwa insentif pajak untuk hak kekayaan intelektual, yang dikenal di Eropa sebagai "box regimes", memiliki hasil bervariasi dalam meningkatan inovasi dan R&D.

Diperkenalkan di Irlandia pada 1970, "box regimes" telah diadopsi oleh 13 negara-negara Eropa, terutama Prancis, Belgia, Belanda dan Inggris. Mereka saat ini sedang dibahas di Amerika Serikat dan India, kata IMF.

Tapi, menurut para ahli lembaga, mereka bertindak lebih sebagai cara bagi negara-negara untuk menarik pendapatan dari hak paten, hak cipta dan merek dagang daripada mendorong aplikasi untuk perlindungan hak kekayaan intelektual, seperti inovasi.

IMF mempelajari dampak dari "box regimes" di Prancis, Belgia, Belanda dan Spanyol dan menyimpulkan tidak ada efek pada pengeluaran R&D di Prancis dan Spanyol, sementara keuntungan terlihat di Belgia dan Belanda. IMF mengutip perbedaan dalam desain dari "box regimes" sebagai penyebab hasil yang beragam.

Secara keseluruhan, IMF mengatakan, "box regimes" bukan merupakan cara yang efisien untuk memacu R&D, sebagian karena potensi "signifikan" pendapatan pajak terdahulu dari hak kekayaan intelektual. Demikian laporan AFP.

(A026)

Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016