Jakarta (ANTARA News) - Ujian Nasional yang kerap menjadi momok di kalangan siswa, guru hingga orang tua, kini disambut tanpa kegaduhan berlebihan.

Pelaksanaan UN selama ini dianggap tidak adil karena  masa belajar siswa selama tiga tahun baik di jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Sekolah Menengah Atas (SMA)/SMK dan Madrasah Aliyah (MA) kelulusannya hanya ditentukan dengan tiga mata pelajaran utama yang diujikan secara nasional. 

Penilaian hasil belajar mulai dari ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan semester seperti terabaikan.

Kini, UN tak lagi serumit seperti beberapa tahun silam. Tolak ukurnya bukan lagi soal lulus dan tidak lulus, tetapi berada pada level sangat baik, baik, cukup, dan kurang. 

Di awal tahun 2015, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan menyatakan UN tidak lagi menjadi penentu kelulusan siswa.

"Kita lebih fokus, apakah nilai UN sudah mencapai nilai kompetensi yang sudah diharapkan siswa atau belum. Nantinya sekolah yang berhak menentukan apakah siswa layak lulus atau tidak."

Keputusan Mendikbud itu menjawab kontroversi seputar kelayakan UN jadi penentu kelulusan siswa, yang telah dikritik sejak zaman Menteri Pendidikan Nasional Bambang Sudibyo. 

Kebijakan Ujian Nasional sebagai penentu kelulusan lantas dilanjutkan pada periode Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhammad Nuh.

Kemdikbud menyerahkan penilaian siswa secara menyeluruh ke sekolah. Dengan demikian, diharapkan Anies, siswa akan dapat melihat UN sebagai proses pembelajaran dan bukan semata-mata syarat kelulusan yang menakutkan. UN dalam hal ini menjadi alat ukur pemetaan pendidikan di Indonesia.

Anies meminta siswa jangan tegang menghadapi UN yang kini tidak lagi menentukan kelulusan. 

"Tidak perlu khawatir berlebihan dalam menjalani UN,jangan terlalu forsir diri untuk belajar. Harus istirahat yang cukup. Malam menjelang UN jangan belajar semalaman. Justru harus tidur cukup. Pastikan asupan makanan sehat dan bergizi. Jangan lakukan hal yang sebelumnya tidak biasanya kita lakukan. Ini untuk menghindari terjadinya hal-hal baru yang berisiko mengganggu persiapan."

Dorong UNBK
UN kini tidak lagi menjadi penentu kelulusan siswa namun persiapan tetap dilakukan sekolah, guru dan siswa untuk menghadapinya. Sekolah bersama dinas pendidikan menyelenggarakan latihan ujian (try out) satu bulan menjelang pelaksanaan UN, baik untuk sekolah yang telah menerapkan ujian nasional berbasis komputer (UNBK) maupun UN berbasis kertas. Sementara, siswa secara pribadi menambah jam latihan soal melalui bimbingan belajar.

Kepala Pusat Pendidikan (Kapuspendik) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) Nizam mengatakan sekolah pelaksanaan UNBK tahun 2016 ini mengalami peningkatan, jika tahun sebelumnya sebanyak 594 sekolah. Maka pada tahun 2016, menjadi sebanyak 4.402 sekolah atau sekitar 927.000 siswa.

Nizam mengatakan Kemdikbud terus mendorong semua sekolah di tanah Air untuk melaksanakan UNBK karena lebih efesien serta dapat meminimalisir bentuk kecurangan. Sekolah juga tak perlu harus mengadakan peralatan komputer, namun hanya menggunakan peralatan yang tersedia. Jika tak mencukupi, sekolah bisa menggunakan peralatan di sekolah lain yang tidak melaksanakan UN.

"Setiap tahun, kami membuat sekitar 170.000 soal untuk UNBK. Peserta UNBK juga akan kesulitan berbuat curang karena soal yang didapat para siswa bersifat acak. Sehingga siswa satu dan yang lain mengerjakan soal yang tidak sama.

Mengenai pengawas, pada UN berbasis kertas ada dua pengawas di setiap kelas, sedangkan untuk UNBK terdapat satu teknisi dan satu proktor yang memastikan siswa melaksanakan UNBK sesuai dengan prosedur.

Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta menargetkan peningkatan prestasi Ujian Nasional 2016 satu tingkat dibandingkan hasil UN 2015. "Kami menargetkan perbaikan prestasi dibandingkan tahun lalu. Untuk tingkat SMK tahun lalu menduduki peringkat dua se-DIY, sementara untuk SMA menduduki peringkat lima. Targetnya masing-masing meningkat satu peringkat."

Sukito mengatakan dalam upaya peningkatan prestasi, pihaknya melakukan pendampingan terhadap sekolah, terutama untuk anak yang belum tuntas, maka selain penambahan materi dari sekolah akan dilakukan pendampingan oleh guru mata pelajaran dan pengawas dari dinas. Harapannya prestasinya meningkat. "Dilihat dari try out nilainya meningkat di masing-masing sekolah."

Menurutnya, dari hasil evaluasi "try out" yang telah dilaksanakan baik untuk sekolah yang melaksanakan UN maupun UNBK hasilnya sudah cukup baik.

Oleh Zita Meirina
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016