Brussels (ANTARA News) - Seorang warga Swedia yang ditahan di Belgia atas dugaan keikutsertaan dalam serangan teroris kelompok ISIS di Brussels, Kerajaan Belgia, pada Maret 2016 memberi kesaksian kepada polisi, Jumat, setelah penahanan Osama Krayem diperpanjang selama satu bulan.

Krayem yang didakwa melakukan pembunuhan teror setelah dia ditahan di Brussels, dituduh sebagai orang yang terlihat bersama dengan pelaku bom bunuh diri Khalid El Bakhraoiu sesaat sebelum meledakkan diri di sebuah kereta bawah tanah.

Pihak kepolisian masih mencari bungkusan yang dibawa oleh Krayem saat itu yang diduga berisi bom.

Di antara lima orang tersangka yang masa tahanannya diperpanjang satu bulan adalah Mohamed Abrini.

Dia dituduh mendampingi dua orang pelaku bom bunuh diri ke bandara Brussels sebelum meninggalkan sebuah bom dalam sebuah tas dan berjalan kembali ke kota.

Kelompok media Brlgia, Sudpresse mengutip seorang sumber yang tidak dikenal yang mengatakan bahwa Abrini telah berkata kepada seorang hakim bahwa dia dipaksa ikut ke bandara namun tidak meledakkan bom miliknya.

Saat melarikan diri sejak insiden serangan di Paris November lalu, Abrini disebut sebagai "pria bertopi" setelah dirinya tertangkap oleh kamera pengawas pada 22 Maret dengan pelaku pengebom bandara Najim Laacharoui dan Brahim El Bakraoui, kakak dari pelaku bom di kereta bawah tanal El Bakraoui.

Sudpresse mengatakan bahwa Abrini menyalahkan keluarga Bakraoui karena memaksa dirinya.

Dia mengatakan bahwa rencananya adalah untuk menyerang tiga antrian pendaftaran, untuk penerbangan ke Amerika Serikat, Rusia dan Israel.

Pada Rabu, kelompok bersenjata ISIS memuji keluarga Bakraoui atas peran mereka dalam serangan yang dilakukan di Paris dan Brussels.

Abrini saat ini dituduh membantu menyusun serangan 13 November lalu yang menewaskan 130 orang di Paris dengan Salah Abdeslam, pria asal Brussels lainnya, demikian laporan Reuters.

Menurut kesaksian awal Sabrini, penangkapan Abdeslam pada 18 Maret lalu memicu para rekan pelaku untuk mempercepat serangan di Brussels dan melakukannya empat hari kemudian.

Krayem, yang berpaspor Suriah palsu, terdaftar oleh kepolisian Jerman mengendarai sebuah mobil yang disewa oleh Abdeslam sebulan sebelum serangan Paris.

Para penyelidik meyakini bahwa dia kembali ke Eropa dari sebuah markas ISIS di Suriah bersama dengan para pengungsi yang mendarat di Yunani.

Di lain pihak, pada Kamis, sebuah pengadilan Brussels menjatuhkan hukuman 15 tahun kepada Khalid Zerkani, setelah sebelumnya dijatuhi hukuman 12 tahun pada Juli lalu. Zerkani dijatuhi hukuman karena merekrut para pemuda Belgia untuk bertempur di Suriah.

Dijuluki "Sinterklas Jihad" oleh para pemuda Arab di Molenbeek, Brussels, Zerkani dituduh melakukan perekrutan selain Abdelhamid Abaaoud, yang diyakini merupakan pengatur kunci dalam serangan Paris.

Abaaoud tewas dalam baku tembak dengan pihak kepolisian lima hari setelah kejadian.
(Uu.Ian/KR-MBR)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2016