Jakarta (ANTARA News) - Jangan khawatir bila tidak sempat ke Raja Ampat karena ada tujuan wisata laut yang relatif dekat dengan ibu kota dan layak dikunjungi, salah satunya adalah pulau Pahawang, Lampung. 

Pulau seluas 1.084 hektar di kecamatan Punduh Pidada, Kabupaten Pesawaran Lampung itu bisa memuaskan mereka yang rindu "vitamin sea". Ada berbagai titik snorkeling (selam permukaan), menyelam hingga aktivitas water sport lain.

Pulau Pahawang dapat ditempuh dengan menaiki kapal feri dari pelabuhan Merak untuk menyeberang ke pelabuhan Bakauheni, Lampung dengan waktu tempuh sekitar dua jam. 

Tiba di Bakauheni, perjalanan berlanjut ke Dermaga Ketapang yang dipenuhi kapal-kapal kayu berbagai ukuran untuk mengangkut penumpang ke pulau-pulau lain, termasuk Pahawang. 

"Ada perahu untuk enam orang, 15 orang, 25 orang sampai maksimal 35 orang," tutur M Saiful Anwar, pemandu dalam media trip Pahawang yang diselenggarakan Mal Ciputra Jakarta dan Tripvisto selama 15-17 April 2016.

Untuk kapal berukuran paling besar, rata-rata harga sewa yang dipatok sebesar Rp2 juta untuk perjalanan dari Ketapang - Pahawang- Ketapang. 

Di Dermaga Ketapang berderet penyedia jasa penyewaan alat snorkeling (selam permukaan) seperti masker, snorkel dan alat bantu gerak kaki katak (fin) serta pelampung. 

Warga sekitar juga menyediakan kamar mandi dan WC umum untuk wisatawan yang ingin berganti baju atau membersihkan diri usai bercebur di laut.

Jasa agen wisata domestik bisa diandalkan bila enggan repot mengeteng kebutuhan yang ada, dari sewa perahu, peralatan snorkeling, penginapan hingga makan. 

Tak perlu khawatir bila jumlah rombongan sedikit, atau justru hanya sendirian, karena ada agen wisata yang menyediakan open trip (wisata gabungan bersama orang-orang dengan tujuan sama).

Ada berbagai pulau yang bisa dijelajahi di sekitar pulau Pahawang, yakni pulau Pahawang Kecil, Pahawang Besar, Kelagian Kecil, Kelagian Besar dan pulau Gosong.

Di Pahawang Besar, ada pilihan penginapan berupa empat vila dan 50 homestay di rumah penduduk. Menurut Saiful yang akrab disapa Ipung, setiap penginapan biasanya telah bekerjasama dengan agen wisata tertentu. 

Biaya menginap di vila berkisar antara Rp2,5-Rp3,5 juta per malam, sementara homestay mematok kisaran Rp600.000 hingga Rp1,5 juta per malam. 

Belum ada jaringan listrik di Pahawang Besar, sebagai gantinya pihak penginapan menyediakan genset sehingga wisatawan dapat mengisi ulang baterai handphone dan kamera serta beraktivitas pada malam hari. 

Di sana ada warung milik penduduk setempat yang menyediakan mi instan, makanan gorengan dan rentengan minuman sachet yang siap diseduh air panas. Kadang kala ada penduduk yang datang ke vila untuk menjajakan sekotak makanan berisi kue-kue, pisang goreng dan roti goreng kepada para wisatawan.

Sebilah kayu panjang dibentuk dan disusun menjadi meja makan dan bangkudi pantai menghadap ke laut sehingga ombak berdesir sebagai lagu latar alami. 

Pasir Timbul 

Pulau Pahawang Kecil memiliki pasir timbul yang baru terlihat ketika permukaan laut sedang surut. Pasir pantai membentang menghubungkan pulau ini ke pulau seberang. Perpaduan langit biru, awan putih, rimbun hijau pepohonan dan pasir krem menjadi kombinasi yang ciamik untuk mengabadikan diri. 

Pulau Kelagian Kecil juga memiliki daya tarik yang tak kalah dengan pulau sekitarnya karena punya hamparan pasir bersih yang halus.

Bila ingin bermain banana boat atau sofa boat, pulau Kelagian Besar adalah jawabannya. Tempat latihan TNI AL ini menyediakan water sport yang harganya berkisar antara Rp30.000 hingga Rp45.000. 

Narsis di bawah laut

Pahawang menawarkan beberapa tempat snorkeling, yaitu Cukuh Bedil, Gosong Bakri, Gosong Pancong dan Taman Nemo. 

Tak hanya biota laut seperti terumbu karang, anemon yang bergoyang lembut serta bermacam ikan yang menarik wisatawan untuk snorkeling di Pahawang. 

Ada berbagai tulisan seperti  "Taman Laut Pahawang" hingga "Wisata Taman Nemo Lampung" di dalam laut. 

Wisatawan juga bisa berfoto sambil memegang candi-candi buatan yang berfungsi sebagai tempat budidaya terumbu karang. 

Tulisan-tulisan itu menjadi salah satu latar belakang yang populer untuk berfoto di antara ikan yang berseliweran. Untuk menjaga agar tidak dipenuhi lumut, tulisan tersebut secara rutin dibersihkan setiap hari.


Menurut Yunie Batue, pemilik agen wisata Batue Journey, tulisan tersebut dibuat sejak 2014 atas prakarsa pemuda di Pahawang yang ingin meningkatkan daya tarik kampung halamannya. 

"Juga ingin melestarikan kekayaan alam bawah laut, maka pemuda di sana bikin beberapa tulisan di bawah laut," kata perempuan Lampung itu.

Bentuk pelestarian itu terwujud lewat penangkaran ikan nemo alias ikan badut. 

Upaya menarik wisatawan lebih banyak lewat tulisan-tulisan di bawah laut membuahkan hasil. Menurut Yunie, ketenaran Pahawang mulai terasa meningkat sejak pertengahan 2015.

"Besaran jumlah lonjakan mungkin bisa sampai 50 persen dari tahun lalu," katanya.

Yunie bersama temannya Suhendi, salah satu pelopor gerakan pemuda Pahawang serta pemilik Karya Wisata Pahawang, serta pihak agen wisata lain berencana menambah keseruan yang bisa dialami wisatawan yang gemar menyelam dengan menyediakan karang-karang cantik. 

"Rencanananya juga akan ada penangkaran terumbu karang supaya tetap lestari dan tidak rusak," kata Yunie.

Pahawang adalah salah satu tujuan berlibur yang akan dipromosikan dalam Festival Wisata Domestik 2016 pada 27 April - 8 Mei 2016 di Mal Ciputra Jakarta bekerjasama dengan Tripvisto.

"Kami berharap masyarakat dapat lebih tertarik mengunjungi tujuan wisata domestik di luar tempat yang sudah banyak dikenal," kata General Manager Mal Ciputra Ferry Irianto.


Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016