Jakarta (ANTARA News) - Jumlah data informasi pribadi yang dicuri atau hilang tahun lalu sampai setengah miliar lebih menurut perkiraan konservatif perusahaan keamanan siber global, Symantec.

"Kelompok serangan kriminal canggih kini menunjukkan rangkaian keahlian penyerang nation-state. Mereka memiliki sumber daya besar dan staf teknis yang sangat terampil dan efisien," kata Director System Engineering Asean Symantec, Halim Santoso, saat memaparkan laporan terbaru di Jakarta, Selasa.

Perkiraan jumlah data yang hilang didapat saat 429 juta identitas terekspos, dan perusahaan yang memilih untuk tidak melaporkan jumlah datanya yang hilang melonjak 85 persen.

"Meningkatnya jumlah perusahaaan yang memilih untuk menahan rincian penting setelah pelanggaran terjadi adalah tren yang meresahkan," ujar Halim.

Menurut laporan ancaman keamanan Internet dari perusahaan keamanan itu, para penyerang mengadopsi praktik-praktik terbaik dan membangun bisnis profesional guna meningkatkan efisiensi serangan terhadap perusahaan dan konsumen.

"Kami bahkan melihat para penyerang kriminal tingkat rendah membuat call center untuk meningkatkan dampak penipuan," kata Halim.

Kelas baru penjahat siber profesional, menurut dia, memperluas jangkauan ancaman terhadap perusahaan dan konsumen, serta memicu pertumbuhan kejahatan daring.

Pewarta: Try Reza Essra
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016