PKS saya yang buat. Saya deklaratornya."
Depok (ANTARA News) - Politis Fahri Hamzah mengaku hanya ingin berguru kepada Presiden RI periode 2004-2009 dan 2009-2014 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), dan tidak bermaksud pindah ke Partai Demokrat.

"Kebetulan rumah Pak SBY dekat dengan rumah saya, dan dia sudah dua periode menjadi presiden tentu pengalamannya banyak, maka saya mengatakan niat saya kepada Syarief Hasan," kata Fahri saat ditemui di Kampus Universitas Indonesia (UI) Depok, Jumat.

Di sela-sela dialog "Dari UI untuk Bangsa Ku" yang diprakarsai Center for Election and Political Party (CEPP) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik itu, dia menegaskan bahwa tidak akan pergi dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

"PKS saya yang buat. Saya deklaratornya. Jadi, tidak bisa saya anggap rumah singgah. Jadi, tidak mungkin saya pindah. Saya menganggap banyak yang tidak mengerti arah PKS ke depan," kata Fahri.

Dia juga berharap sidang perdana gugatan perdata terhadap Partai PKS di Pengadilan Neger Jakarta Selatan pada Rabu (27/4) nanti dapat dimenangkannya.

"Saya harap saya bisa menang. Saya ingin melangkah maju, berkarya untuk bangsa. Dulu PKS terkenal mewakafkan orangnya untuk bangsa. Sekarang malah diganggu," demikian Fahri Hamzah.

Sebelumnya, Majelis Tahkim memutuskan melalui putusan No. 02/PUT/MT-PKS/2016 menerima rekomendasi Badan Penegak Disiplin Organisasi (BPDO) yaitu memberhentikan saudara FH (Fahri Hamzah) dari semua jenjang keanggotaan Partai Keadilan Sejahtera.

Menurut Presiden PKS Shohibul, keputusan untuk memberhentikan Fahri Hamzah dari PKS muncul pada sidang ketiga Majelis Tahkim pada 11 Maret 2016.

Keputusan pemberhentian tersebut, kata dia, setelah menimbang dan memperhatikan berbagai hal terkait dengan rekomendasi BPDO atas perkara teradu dan penyikapan teradu Fahri Hamzah.

"Majelis Tahkim menyampaikan putusannya kepada DPTP PKS pada 20 Maret 2016, untuk ditindaklanjuti sebagaimana diatur dalam AD/ART PKS," katanya menambahkan.

Pewarta: Aubrey Kandelila Fanani
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2016