... merekrut anggota baru dari video dan jaringan media sosial yang mereka sebarluaskan...
Jakarta (ANTARA News) - Pengamat ISIS dari Universitas Vienna, Dr Nico Prucha, mengatakan, ISIS menggunakan media sosial sebagai strategi komunikasi untuk merekrut dan menyebarkan pahamnya.

"Mereka merekrut anggota baru dari video dan jaringan media sosial yang mereka sebarluaskan," kata  Prucha, pada International Summit of the Moderate Islamic Leaders, di Balai Sidang Senayan, Jakarta, Selasa.

Oleh sebab itu, paham ISIS gampang tersebar karena sebagian besar penyebaran pemahaman mereka menggunakan pendekatan berbasis sosial.

Hal ini juga berdampak pada wajah Islam di mata dunia yang mengaggap ISIS adalah Islam sebenarnya.

Dia mengatakan ISIS mengunggah dua video dalam sehari, menggunakan bahasa Arab dan kemudian diterjemahkan dalam bahasa lainnya.

"Jadi sebanyak 95 persen menggunakan bahasa Arab dan sebanyak lima persen menggunakan bahasa lain, seperti Jerman, Belanda, Inggris," kata Nico.

Dia mengatakan ISIS mempunyai simpatisan atau anggota di berbagai negara Eropa yang masuk sebagai imigran.

Kejadian ini berdampak pada penolakan negara-negara Eropa atas imigran muslim di negaranya.

Dia mengatakan ISIS mengklaim dirinya sebagai Islam yang paling benar sesuai Al Quran dan sunnah Rasul, mereka juga menolak Islam yang berbeda dari paham mereka.

"Seperti mereka menolak Islam yang ada di Indonesia, mereka menganggap Islam Nusantara salah karena menjunjung toleransi kepada umat beragama," kata dia.

Selain itu, ISIS juga menguasai tanah seperti di Suriah dan di Irak. Prucha mengatakan gerakan ISIS ini berbahaya karena menggunakan pendekatan kekerasan dan perang. 

Pewarta: Aubrey Fanani
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016