Kupang (ANTARA News) - Komandan Pangkalan Utama Angkatan Laut (Lantamal) VII Kupang Brigjen TNI (Mar) Siswoyo Hari Santoso mengatakan untuk mengamankan wilayah pengawasan Lantamal VII pihaknya meningkatkan intensitas Kapal Perang RI (KRI) yang berpatroli.

"Wilayah pantauannya Lantamal VII memang sangat luas, mulai dari NTT, NTB dan Maluku Tenggara, oleh karena itu kita minta intensitas kapal-kapal perang patroli semakin ditingkatkan," katanya kepada wartawan di Kupang, Senin.

Ia mengatakan, peningkatan intensitas pengawasan di wilayah NTT, NTB dan Maluku itu dimaksudkan untuk membantu pengawasan di sejumlah wilayah tersebut mengingat 25 pos AL yang ada di tiga wilayah itu tidak memiliki kapal-kapal patroli.

Hingga saat ini penambahan intensitas kapal-kapal patroli itu dilakukan sebulan untuk wilayah NTT bisa dua-tiga KRI yang berpatroli.

"Hal tersebut juga sama dengan penambahan kapal perang yang berpatroli di wilayah NTB, serta Maluku Tenggara," ujarnya.

Pembagian tugas pengawasan di tiga wilayah perairan baik, NTT, NTB dan Maluku Tenggara tersebut menurutnya sudah diatur langsung oleh Komando Armada Timur (Kooarmatim) yang berada di Surabaya, Jawa Timur.

Untuk wilayah NTT saja saat ini menurutnya ada dua KRI yang sedang beroperasi mengamankan wilayah NTT, seperti KRI Karang Pilang-981 dan KRI Multatuli-561 yang beberapa waktu lalu sempat berlabuh di dermaga Lantamal VII Kupang.

Ia menilai, pengawasan wilayah perairan NTT dari berbagai tindakan kejahatan, bukan hanya merupakan tugas dari TNI AL atau pihak keamanan lainnya.

Oleh Karena itu Komandan berbintang satu tersebut mengatakan, perlu ada kerja sama yang baik dengan masyarakat khususnya nelayan dan pemerintah daerah setempat untuk membantu menjaga wilayahnya masing-masing.

"Setiap Pos AL sudah memiliki program memberikan penyuluhan terkait pengamanan laut dari tindakan kejahatan. Walaupun masih minim sarana pengawasan, satu-satunya cara adalah mengandalkan nelayan-nelayan pesisir," tambahnya.

Pewarta: Kornelis Kaha
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2016