Jakarta (ANTARA News) - Namanya Mbah Simpen, dan usianya sudah lebih dari 70 tahun.

Dia tinggal bersama seorang anak dan satu cucunya di sebuah gubug seukuran 5 x 6 meter persegi. 

Sekilas melihat rumahnya, jauh dari kata layak. Dinding papan tua itu menopang atapnya yang terbuat dari daun alang-alang. Beberapa bagian dinding sudah berlubang sehingga harus ditutup jain bekas spanduk hasil memungut.

Mbah Simpen adalah penduduk Desa Morame Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara.  Hidupnya penuh kesederhanaan, untuk tidak mengatakan kekurangan. 

Dari pernikahannya dengan suami yang sudah lama meninggal, nenek kelahiran Bojonegoro Jawa Timur ini dikarunia 6 anak dan 15 cucu.

Seusai mendampingi Menag Lukman Hakim membuka Perkemahan Wirakarya Perguruan Tinggi Keagamaan (PW PTK) XIII,  Dirjen Pendidikan Islam Kamaruddin Amin, Senin (16/05), menyempatkan diri berkunjung ke rumah Mbah Simpen.

Kedatangan Kamaruddin untuk bersilaturahim sekaligus menyampaikan maksud tim Bedah Rumah PW PTK untuk merenovasi rumah Mbah Simpen.

Tidak banyak perabot dijumpai dalam rumah berlantai tanah itu. Untuk menerima tamu, hanya ada satu bangku panjang di depan rumah. Kondisi tumah tanpa jendela, tanpa kamar mandi, serta ruang dapur yang menyatu dengan ruang tidur, semakin menunjukkan bahwa rumah itu tidak layak huni. 

Gurat lelah sangat tampak di wajah Mbah Simpen yang mulai merenta. Meski demikian, dia tetap menunjukkan pribadi yang  sehat dan kuat.

Memgapa dari  Bojonegoro ia bisa sampai Sulawesi Tenggara? Mbah Simpen mengaku kalau sekira tahun 1970, dia bersama teman-temannya ikut program transmigrasi. Sejak itu, dia menetap di Pulau Sulawesi.

Tanpa sanggup berbanyak kata, Kamarudin Amin langsung menyampaikan maksud kedatangannya. Tidak lupa, dia  juga memberikan bantuan untuk Mbah Simpen dan keluarga.

Mbah Simpen pun tak kuasa menahan tangis mendengar rumahnya akan diperbaiki. Kehadiran Wakil Bupati Konawe Selatan menambah keyakinannya bahwa apa yang didengarnya bukanlah mimpi.

“Saya senang sekali rumah saya mau diperbaiki. Terimakasih buat adik-adik Pramuka yang berkenan memperbaiki,” tuturnya berlinang air mata.

Kamarudin mengaku bangga dengan inisiatif pramuka Pandega peserta PW PTK untuk membedah rumah Mbah Simpen. “Kepedulian harus dilatih sejak dini agar kelak menjadi pemimpin yang tidak lupa pada yang lemah,” katanya seperti dikutip Humas Kemenag, Selasa.

Selasa (17/05) pagi, waktu baru menunjukan pukul 07.30 WITA, saat tim Bedah Rumah PW PTK mulai membongkar rumah Mbah Simpen.

Berseragam pramuka, tim bedah rumah bersama warga tampak semangat memberikan baktinya. Tidak butuh waktu lama untuk meratakan bangunan reot itu dengan tanah, meski hanya dengan peralatan sederhana.

Tahapan selanjutnya adalah membangun kembali rumah Mbah Simpen agar lebih baik dan layak untuk dihuni. Rencananya, tim bedah rumah PW PTK akan memperbaiki dinding dan atap yang  lapuk-lapuk, sekaligus memelur lantai agar tidak lagi beralas tanah. Tim juga akan membuatkan kamar mandi sekaligus WC dan septic tank-nya.

Sementara tim bedah rumah bekerja, senyum terus mengembang di wajah Mbah Simpen. Rasa bahagianya demikian kentara meski menyaksikan rumahnya rata dengan tanah. Harapan bahwa rumahnya akan dibangun lagi menjadi lebih baik membuat renta wajahnya terus memancar sinar bahagia.

Bedah rumah Mbah Simpen akan berlangsung seharian ini. Diharapkan, Rabu besok, rumah Mbah Simpen sudah berdiri kembali dengan kondisi yang lebih layak huni. Selama rumahnya diperbaiki, Mbah Simpen tinggal di tempat sang putera yang tidak jauh dari kediamannya.

Bedah rumah merupakan salah satu dari kegiatan Bakti yang dilakukan oleh anggota Pramuka PW PTK XIII di IAIN Kendari yang dibuka oleh Menag  Lukman Hakim Saifuddin di Tugu Religi Kota Kendari.  

Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016