Jakarta (ANTARA News) - Jepang berharap negara-negara anggota ASEAN, terutama Indonesia, lebih solid dalam menghadapi China untuk menyelesaikan konflik Laut China Selatan yang belum memperlihatkan tanda-tanda akan berakhir.

"Pada dasarnya, Jepang tidak keberatan jika China tumbuh menjadi sebuah kekuatan ekonomi atau politik secara global, sepanjang kekuatan yang mereka miliki tersebut tidak mengancam dan mengganggu negara lain," kata Duta Besar Jepang untuk Indonesia Yasuaki Tanizaki di Jakarta, Kamis.

Secara berkelakar, Yasuaki Tanizaki mengibaratkan China sebagai tokoh Giant dalam film animasi Dora Emon, yaitu anak-anak bertubuh besar seperti raksasa, tapi belum mengerti bagaimana menggunakan kekuatannya tersebut.

"Giant tiba-tiba tumbuh besar, tapi dia tidak tahu bagaimana menggunakan kekuatannya tersebut," kata Tanizaki mengibaratkan posisi China dalam konflik Laut China Selatan yang melibatkan banyak negara itu.

Menurut Tanizaki, ASEAN sebenarnya sudah menyampaikan pesan yang sangat jelas kepada China sehubungan dengan konflik yang melibatkan Vietnam, Filipina, Malaysia, Brunei, dan Taiwan.

Mengutip hasil Pertemuan "Retreat" Menlu ASEAN di Vientiane, Laos pada Februari 2016 mengenai konflik Laut China Selatan, Tanizaki menegaskan bahwa negara-negara ASEAN sangat prihatin dengan aktivitas reklamasi dan aktivitas militer oleh China.

Aktivitas tersebut dikhawatirkan bisa merusak rasa saling percaya, meningkatkan ketegangan dan juga bisa mengganggu perdamaian, keamanan serta stabilitas di kawasan tersebut.

Dalam pertemuan tersebut juga ditegaskan komitmen negara anggota untuk menjaga, meningkatkan perdamaian serta stabilitas di kawasan, termasuk mencari solusi damai berdasarkan rasa saling percaya tanpa menggunakan kekuatan militer, sesuai prinsip hukum internasional.

"Sekarang saatnya bagi negara ASEAN untuk bersatu dan lebih solid dalam mengimplementasikan kesepakatan yang sudah dicapai," katanya.

Selama ini China secara sepihak mengklaim hampir seluruh wilayah Laut China Selatan sehingga menimbulkan konflik dengan lima negara ASEAN, yaitu Thailand, Vietnam, Malaysia, Filipina, dan Brunei.

Filipina pernah menggugat sengketa Laut China Selatan ini ke Pengadilan Arbitrase Internasional di Den Haag pada November 2015, namun China tetap pada pendiriannya bahwa sebagian besar Laut China Selatan dan tidak mengindahkan seruan dunia internasional agar menghentikan pembangunan fasilitas militer di wilayah konflik tersebut.

Meski tidak bersinggungan di Laut China Selatan, Indonesia juga sempat bersieigang dengan China menyusul penangkapan kapal dan delapan anak buah kapal (ABK) China oleh otoritas keamanan Indonesia di perairan Natuna karena mencuri ikan.

China melalui Kedutaan Besar (Kedubes)-nya di Jakarta mengklaim penangkapan itu terjadi di perairan milik China dan mendesak Indonesia membebaskan delapan ABK mereka, sementara pihak Indonesia memastikan delapan ABK menangkap ikan di wilayah Natuna secara ilegal.

Pewarta: Atman Ahdiat
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016