Hal itu sudah berlangsung puluhan tahun. Mungkin itu yang menyebabkan satwa tersebut tidak melakukan migrasi.
Kabupaten Kaimana merupakan salah satu daerah di Provinsi Papua Barat yang berbatasan dengan Kabupaten Teluk Bintuni dan Teluk Wondama di utara, Kabupaten Nabire dan Mimika di timur, Laut Aru di selatan dan Kabupaten Fak-Fak di barat.

Sebagai salah satu daerah otonomi baru, Kabupaten Kaimana sedang berusaha mengembangkan potensi yang dimiliki, salah satunya adalah pariwisata.

Salah satu potensi pariwisata Kabupaten Kaimana adalah laut dan pantai. Terdapat beberapa titik selam yang menarik bagi wisatawan. Namun, salah satu daya tarik di perairan Kaimana adalah hiu paus atau "Rhincodon typus".

Bupati Kaimana Matias Mairuma mengatakan terdapat sekitar 14 ekor hiu paus yang sering berkeliaran di wilayah perairan-perairan yang ada di sekitar Kaimana.

"Yang menarik dari hiu paus di Kaimana adalah satwa itu bisa ditemui setiap pagi, setiap hari. Itu berbeda dengan di tempat-tempat lain," katanya.

Menurut Matias, beberapa peneliti dari lembaga konservasi internasional yang pernah mengunjungi Kaimana mengatakan hiu paus biasanya tidak menetap di satu tempat dan melakukan migrasi.

Namun, hal itu tidak berlaku bagi hiu paus yang ada di perairan Kaimana. Bila hiu paus di tempat lain hanya bisa ditemui pada saat-saat tertentu, hiu paus di Kaimana bisa ditemui setiap pagi, setiap hari dan sepanjang tahun.

"Nelayan setempat yang mencari ikan di perairan Kaimana selalu memberi makan hiu paus itu. Hal itu sudah berlangsung puluhan tahun. Mungkin itu yang menyebabkan satwa tersebut tidak melakukan migrasi," jelasnya.

Hiu paus adalah pemakan plankton yang merupakan spesies ikan terbesar. Ukuran tubuhnya yang besar membuat ikan ini disebut hiu paus atau "whale shark" dalam bahasa Inggris.

Di perairan Kaimana, hiu paus biasanya diberi makan ikan-ikan kecil yang tidak dibawa pulang nelayan karena memang tidak dimanfaatkan oleh masyarakat setempat.

"Hiu paus biasanya datang ke lokasi penangkapan ikan nelayan pukul 05.00 hingga 08.00. Setelah diberi makan, koloni paus biasanya pergi dan akan kembali keesokan paginya," tutur Matias.

Berenang Bersama
Meskipun berukuran besar, hiu paus bukanlah ikan yang berbahaya bagi manusia. Hiu paus adalah hewan laut yang jinak sehingga bisa diajak berenang bersama. Koloni hiu paus biasanya membiarkan para penyelam untuk mendekat, menyentuh, bahkan menungganginya meskipun tidak dibenarkan oleh para peneliti dan konservasionis.

Untuk membuktikan hal itu, Matias kemudian mengajak beberapa wartawan, termasuk dari Antara, untuk mengunjungi hiu-hiu paus yang ada di Kaimana pada Selasa (17/5). Agar dapat bertemu hiu-hiu paus itu, wartawan harus berangkat pagi-pagi dari Pelabuhan Kaimana.

Bersama Matias, wartawan berangkat menggunakan perahu motor berkecepatan tinggi menuju lokasi bagang apung milik nelayan setempat yang sedang mencari ikan. Hiu-hiu paus biasanya mendatangi bagang-bagang apung tersebut.

Hiu-hiu paus itu bisa ditemui di Teluk Bicari, yaitu di antara Kampung Maimai di daratan Papua dan Tanjung Erana di Pulau Namatota. Dari pelabuhan Kaimana, lokasi tersebut bisa ditempuh dalam waktu sekitar 45 menit menggunakan perahu motor berkecepatan tinggi.

Matias pun mengajak wartawan untuk berhenti di bagang apung milik salah satu nelayan setempat. Matias mengatakan nelayan biasanya berangkat mencari ikan pada malam hari. Untuk menarik perhatian ikan, di bagang terpasang lampu yang menyinari air.

"Biasanya ikan akan berkumpul di tempat terang yang disinari lampu. Pada saat itu, nelayan mengangkat jaringnya. Ikan-ikan kecil yang tidak terpakai, diberikan kepada hiu paus," tuturnya.

Kebetulan pada saat itu terdapat tiga hiu paus yang mengitari bagang tersebut. Tanpa ragu-ragu, Matias segera menceburkan diri ke laut dan mendekat ke salah satu hiu paus.

Beberapa wartawan terlihat ragu-ragu untuk mengikuti Matias masuk ke dalam air. Namun, melihat Matias asyik bermain-main bersama hiu paus, mereka pun akhirnya menceburkan diri ke dalam laut.

Ternyata benar apa yang dikatakan Matias, hiu-hiu paus itu sangat lembut dalam berenang dan sama sekali tidak terganggu dengan kehadiran manusia. Beberapa wartawan kemudian mendekati salah satu hiu paus dan mencoba menyentuhnya.

Tidak seperti ikan belut yang licin, permukaan tubuh hiu paus kasar dan bersisik. Salah satu wartawan sempat gatal-gatal di bagian lengannya karena bersentuhan dengan kulit hiu paus yang kasar.

"Kalau mau mengelus, elus dari atas ke bawah, jangan dari bawah ke atas," kata salah satu awak perahu motor memberi tahu.

Beberapa nelayan terus melemparkan ikan-ikan kecil ke dalam laut untuk menarik perhatian hiu-hiu paus agar tetap mendekat.

Berbeda dengan beberapa jenis hiu lain, hiu paus terlihat tidak memiliki gigi-gigi yang tajam. Untuk makan, satwa tersebut terlihat menghisap ikan-ikan kecil yang ada di depan mulutnya.

Rupanya, cara makan hiu paus itu membuat salah satu wartawan televisi nasional merasa ngeri. Hanya sebentar di dalam air, dia segera naik dan lebih memilih mengambil gambar dari atas bagang.

"Takut saya. Bagaimana kalau nanti kaki saya diseruput hiu paus?" ujarnya.

Bagi wisatawan yang datang ke Kaimana, melihat dan bercengkerama dengan hiu paus tentu bisa menjadi salah satu pilihan. Yang terpenting adalah berangkat pagi-pagi karena di atas pukul 08.00 hiu paus biasanya sudah kembali ke lautan lepas.

Namun, bila beruntung, kepergian hiu-hiu paus bisa digantikan dengan pemandangan kawanan lumba-lumba yang datang mendekat. Seperti saat itu, tidak lama setelah hiu paus pergi beberapa lumba-lumba terlihat berenang dan melompat tidak jauh dari bagang.

"Selain hiu paus, di perairan sekitar Kaimana juga terdapat ratusan ekor lumba-lumba yang bisa dilihat dari dekat," kata Matias.

Jadi, apakah anda berminat bermain-main dengan hiu paus dan melihat lumba-lumba dari dekat di Kaimana? Sedikit saran, selain harus berangkat pagi-pagi, bawalah bekal sarapan sehingga setelah anda lelah memberi makan dan bermain-main dengan hiu paus, anda pun bisa gantian menyantap bekal sarapan.

Oleh Dewanto Samodro
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016