Sleman (ANTARA News) - Tetenger atau Monumen Erupsi Gunung Merapi 2010 di Dusun Bakalan, Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, akan menjadi menu wajib rute jip "Vulcano Tour Merapi".

"Rute wajib bagi jip vulcano tersebut merupakan rencana induk Pemerintah Kabupaten Sleman untuk mempromosikan Tetenger Bakalan sebagai tempat wisata edukasi tentang dampak erupsi dan upaya meningkatkan pendapatan ekonomi warga masyarakat setempat," kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman Ayu Laksmidewi pada peresmian Tetenger Bakalan, Rabu.

Menurut dia, "tetenger" tersebut memiliki luas kurang lebih dua hektare dan merupakan hibah dari rangkaian kegiatan "City on Volcano" (COV) 2014.

"Tetenger Bakalan seluas 1,5 hektare merupakan tanah gabungan milik tujuh warga Bakalan yang bersedia dibeli pemerintah untuk pengembangan wisata edukasi kegunungapian. Sedangkan setengah hektare sisanya merupakan tanah kas desa," katanya.

Ketua Panitia COV 8 2014 Muhammad Hendrasto yang hadir dalam peresmian tersebut menjelaskan bahwa dalam "tetenger" berupa monumen berbentuk segitiga bercabang tersebut menggambarkan gunung dan warna merah pada tugu menjelaskan suatu lubang keluarnya magma yang dapat keluar ke arah mana saja.

"Pada monumen tersebut terdapat tulisan Sirna Jalma Lenaning Paningal yang diartikan bencana itu datang pada saat manusia lengah,." katanya.

Hendrasto mengatakan, dengan adanya "tetenger" ini diharapkan ke depan mampu menjadi media edukasi sebagai laboratorium alam untuk belajar kegunungapian.

"Dulu kita belajar tentang gunungapi di luar negeri. Tapi sekarang sebaliknya, banyak orang luar yang belajar di tempat kita semenjak erupsi Gunung Merapi 2010," katanya.

Bupati Sleman Sri Purnomo mengapresiasi keberadaan Tetenger Erupsi Merapi dan hibah koleksi barang-barang terdampak dari erupsi Merapi 2010 tersebut.

"Diharapkan Tetenger Bakalan dan hibah barang terdampak erupsi bisa menjadi penanda untuk pengingat akan dahsyatnya erupsi Merapi yang pernah terjadi di Kabupaten Sleman dan sekitarnya. Dengan berdirinya monumen ini dapat menjadi pengukuh semangat serta pemersatu pemerintah, swasta, dan masyarakat menyiapkan diri dalam mengantisipasi dampak bencana serupa yang mungkin terjadi pada kemudian hari," katanya.

Pewarta: Victorianus Sat Pranyoto
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016