Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Perindustrian memprediksi pertumbuhan industri makanan dan minuman nasional mampu tumbuh 7 persen hingga akhir 2016 di tengah perekonomian global yang belum pulih.

"Kalau masih bisa 5-7 persen, itu masih ok. Di kuartal I bisa berkembang dan tumbuh positif saja itu masih bagus, jika dibandingkan dengan industri lain yang pertumbuhannya negatif," kata Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian Panggah Susanto di Jakarta, Jumat.

Untuk bisa mencapai pertumbuhan tersebut, lanjutnya, salah satu yang dibutuhkan adalah kestabilan nilai tukar rupiah terhadap dollar.

Menurut Panggah, sebagian besar bahan baku industri mamin masih diimpor, sehingga kestabilan nilai tukar akan sangat berpengaruh terhadap ongkos produksi industri ini.

"Karena kalau tidak stabil, keputusan orang mau produksi itu menjadi tidak pasti. Jadi, bisa terjadi shorted (kurangnya pasokan), kemudian harga naik dan bisa menghambat pertumbuhan," ujar Panggah.

Diketahui, sektor mamin menopang pertumbuhan industri pengolahan non migas, di mana pada kuartal I/2016 pertumbuhan industri mamin mencapai 7,55 persen.

Angka tersebut tumbuh tipis dibandingkan periode yang sama pada 2015, yang mencapai 7,54 persen.

Industri mamin merupakan industri strategis dan berkontribusi terhadap industri pengolahan non migas sebesar 31,51 persen.

Sementara itu, industri pengolahan non migas yang tumbuh 4.46 persen pada kuartal I/2016 berkontribusi 18,41 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional.

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016