Pohuwato, Gorontalo (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta agar PLN mendiversifikasikan bahan bakar atau tenaga penggerak pembangkit listrik sehingga sumber daya yang ada dapat dimanfaatkan secara maksimal.

"Lebih baik tidak menggantungkan pada satu bahan bakar, jangan hanya pakai solar saja, gas saja, hanya batubara saja, tapi semuanya," Presiden Jokowi usai meresmikan dan meninjau PLTG Gorontalo di Kabupaten Pohuwato Gorontalo, Jumat.

Menurut Presiden Jokowi, semakin banyak variasi bahan bakar atau tenaga penggerak pembangkit listrik, akan semakin baik.

"Semua bisa dimanfaatkan, ada ombak, angin, geothermal, matahari atau surya, gas, batubara juga, kita semuanya ada," kata Jokowi.

Namun menurut Presiden Jokowi, untuk mengejar penyediaan pasokan listrik di daerah yang sangat kekurangan listrik maka gas merupakan cara paling cepat.

"Dari yang ada di Lhokseumawe Aceh, Bangka Belitung, Mempawah dan Pontianak, bisa kita simpulkan bahwa untuk mengejar kekurangan yang mendesak, baik permintaan dari industrinya, dari hotel, atau juga dari masyarakat, pengerjaan yang paling cepat adalah PLTG," katanya.

Ia menyebutkan pengerjaan pembangkit listrik dengan bahan bakar gas memerlukan waktu tujuh bulan dari konstruksi hingga pemasangan mesin.

"Ini kualitas pengerjaannya bagus. Kalau masuk saja sudah bersih, tidaak ada corat coret, ini saya harus ngomong apa adanya, managemennya bagus dan kualitas pengerjaannya juga baik," kata Jokowi mengomentari pengerjaan PLTG Gorontalo itu.

Sementara itu mengenai proyek pembangkit listrik yang mangkrak, Presiden mengatakan dari kunjungan ke daerah dirinya mengetahui adanya proyek yang mangkrak.

"Memang kalau kita ke daerah kita jadi tahu karena ada yang membisikkan, ini tadi juga baru dibisikkan bahwa di Gorontalo ada yang mangkrak," katanya.

Mengenai penyebab mangkrak, Jokowi mengatakan bisa saja karena kualitas produk yang dipakai tidak dikontrol sehingga barangnya jelek.

"Yang kedua dalam proses perjalanan sebuah proyek besar seperti ini merupakan pekerjaan besar, namun tidak ada pengawasan yang terus-menerus," katanya.

Pewarta: Agus Salim
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016