Hagatna (ANTARA News) - Pemimpin Gereja Katolik di Guam membantah tuduhan pelecehan seksual setelah Vatikan menunjuk seorang administrator untuk menjalankan tugasnya sementara penyelidikan berlangsung.

Uskup Agung Anthony Apuron telah menyerahkan tanggung jawabnya kepada Uskup Agung terpilih Savio Hon Tai-Fai, ungkap Keuskupan Agung Agana pada Selasa (7/6).

Hon dikatakan akan tetap berada di wilayah Pasifik AS "sambil menunggu penyelidikan dugaan pelecehan seksual."

Tuduhan tersebut muncul bulan lalu dan terjadi sekitar tahun 1970an, dengan beberapa bekas anak altar menuduh mereka dilecehkan oleh Apuron, yang saat itu menjabat sebagai pastor paroki.

Dalam sebuah video pidato emosional dari Saint Peter's Basilica di Roma yang diunggah ke media sosial pada Selasa, Apuron membantah melakukan kesalahan.

"Saya menegaskan kembali bahwa saya tidak bersalah dan saya adalah korban fitnah mengerikan ini," katanya seperti dikutip kantor berita AFP.

Apuron menekankan bahwa ia telah meminta Paus Fransiskus menunjuk administrator dan itu adalah upaya sementara sembari berupaya membersihkan namanya.

Tuduhan awalnya datang dari Taitague Quintanilla, sekarang 52 tahun, yang mengklaim Apuron menyerangnya secara seksual saat dia menginap 40 tahun lalu.

Kemudian, Doris Concepcion, bekas warga Guam yang sekarang tinggal di Amerika Serikat, menuduh bahwa putranya yang sudah meninggal dunia, Joseph A. Quinata, mengatakan kepadanya sebelum meninggal dunia bahwa Apuron melecehkannya.

Pekan ini, pria yang lainnya, Walter Denton, menuduh Apuron memperkosa dia pada April 1977, ketika dia berusia  13 tahun yang saat itu menjadi anak altar di Gereja Mount Carmel di desa Agat.

Apuron, yang memimpin keuskupan Agana sejak 1986, tidak pernah kena dakwaan kejahatan.

Keuskupan pekan lalu menyatakan bahwa mereka telah menyewa firma hukum Amerika Serikat untuk melakukan penyelidikan mandiri terkait "tuduhan-tuduhan dan rumor" terhadap Apuron.

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016