Jakarta (ANTARA News) - Kanji rumbi merupakan salah satu makanan khas Aceh. Di provinsi di ujung paling barat Indonesia ini, makanan tersebut sangat mudah dijumpai pada bulan Ramadhan.

Kuliner ini banyak ditemukan di kawasan pesisir Aceh.

Makanan yang populer di bulan puasa ini sekilas mirip sekali dengan bubur ayam tersebut, namun karena campuran bahan dan aromanya yang khas keacehan dengan bumbu ala Hindustani (lembah India-Pakistan), membuat kanji rumbi berbeda dengan bubur ayam.

Di Aceh, kehadiran makanan khas pada bulan Ramadhan merupakan hal yang tak terpisahkan sejak dari dulu bahkan sudah menjadi tradisi secara turun temurun.

Setiap Ramadhan, kanji rumbi sangat mudah didapatkan, bahkan secara gratis pula. Hampir di setiap masjid atau meunasah (seperti surau yang wajib ada satu kampung satu), pada bulan Ramadhan menyediakan kanji rumbi untuk orang yang berbuka puasa.

Pada bulan Ramadhan, di setiap desa atau masjid, masyarakat membentuk panitia khusus untuk menyajian kanji rumbi.

Siapa saja bisa memasak kanji rumbi, namun yang tetap menjadi kepala kokinya adalah yang paling jago memasak didesa.

Sedangkan mengenai biayanya, dikumpulkan secara swadaya oleh masyarakat. Untuk mengumpulkan biaya tidaklah sulit, dengan dilatarbelakangi pemahaman ajaran agama Islam tentang arti berbagi di bulan Ramadhan, apalagi memberi makan orang yang berbuka puasa akan mendapat pahala yang sangat besar, maka ada saja warga yang menyumbang untuk kegiatan pembuatan Kanji Rumbi di pusat-pusat tempat peribadatan Islam di Aceh.

Seperti yang dilakukan di Masjid Islamic Centre Lhokseumawe, dalam setiap hari, biaya yang dibutuhkan untuk satu kuali besar sebesar Rp1,2 juta. Jumlah tersebut, sudah termasuk bahan-bahannya hingga matang sempurna.

Di masjid kebanggaan warga Lhokseumawe tersebut, setiap harinya memasak sebanyak tiga kuali besar.

Menurut koordinator Ramadhan Masjid Islamic Centre Lhokseumawe, Muslim, biaya untuk pembuatan kanji rumbi di Masjid Islamic Centre Lhokseumawe didapatkan dari sumbangan masyarakat, instansi pemerintah dan swasta.

Setelah makanan ini matang, maka akan dibagikan kepada masyarakat secara gratis yang khusus datang mengambil kanji rumbi ke halaman Masjid Islamic Centre.

Bahkan menurut pengurus masjid itu, sebanyak 1.000 porsi diberikan kepada masyarakat yang datang mengambilnya ke masjid untuk dibawa pulang ke rumah masing-masing sebagai makanan berbuka puasa.

Sedangkan sisanya diperuntukkan bagi masyarakat yang berbuka puasa di masjid setempat.

Seorang koki kanji rumbi Aziz Ibrahim mengatakan proses pembuatan kuliner ini memakan waktu yang lama hingga tiga jam.

Ia mengatakan proses pembuatannya saban hari pada bulan Ramadhan dimulai pada pukul 2.30 WIB hingga pukul 17.30 WIB.

Adapun bahan utama yang digunakan dalam pembuatan kanji rumbi tersebut antara lain beras dengan mutu pilihan, udang, ayam yang sudah disawir dan tulang sapi.

Abdul Aziz yang saban tahun dipercayakan sebagai "master chef" kanji rumbi di Islami Centre itu mengatakan beras setelah dicuci, dimasukkan ke dalam kuali secara bersamaan dengan ayam yang sudah di sawir, udang yang telah dipotong-potong serta tulang sapi yang lunak. Kemudian diberi air secukupnya dan mulai dimasak.

Adonan juga ditambah juga dengan bahan-bahan sebagai bumbu, seperti bawang merah, bawang putih, jahe, ketumbar serta jintan manis. Tidak lupa pula, diberi penyedap bahan rempah-rempah khas Aceh seperti, kapulaga, cengkeh, cengkeh bunga, kayu manis, serta serai.

Abdul Aziz yang mengaku mendapat resep pembuatan kanji rumbi secara turun temurun menambahkan jika kanji rumbi sudah diolah hingga sampai dua jam lamanya dan bentuknya sudah seperti bubur tersebut, baru selanjutnya ditambah dengan santan.

Kemudian hingga mendekati matang, ditambah dengan irisan daun seledri serta daun bawang.

Begitu hendak diangkat dari tungku api, baru ditambah dengan bawang goreng. Kanji rumbi siap dihidangkan untuk dinikmati.

Proses pemasakan yang lama, hingga berbagai campuran berbagai ragam bahan masakan menyatu menjadi satu membuat kanji rumbi memiliki cita rasa yang khas.

Aroma masakan khas paling barat Indonesia tersebut sangat terasa dengan nuansa rempah-rempah.

Sedangkan rasanya, begitu gurih dan konon dipercaya dapat menjadi obat bagi yang menderita masalah pencernaan. Makanan ini juga lembut di lidah namun banyak mengandung nutrisi, ditambah lagi campuran rempah-rempah yang dapat menjadi obat alami.

Seorang warga yang sengaja datang mengambil kanji rumbi ke Islamic Centre, Maryamah mengaku suka memakan kanji rumbi apalagi menurutnya baik untuk penderita penyakit lambung.

Lain halnya seperti diungkapkan oleh Tgk Rizwan. Dia sengaja datang mengambil kanji rumbi karena menganggap bahwa makanan menu makanan khas berbuka puasa di Aceh apalagi makanan itu hanya mudah ditemukan pada bulan Ramadhan. Pada waktu-waktu lain makanan ini susah didapatkan.

Saban hari tiap sore, warga berbondong-bondong mengantri dengan membawa wadah mengambil kanji rumbi yang dibagikan gratis di halaman Masjid Islamic Centre.

Warga yang mengambil menu buka puasa ini gratis tersebut, dibagikan tanpa pandang bulu. Baik orang miskin maupun orang kaya, bebas mengantri mengambil kanji rumbi karena memang diperuntukkan kepada warga siapa saja yang mau.

Pemandangan itu, berlangsung selama bulan Ramadhan. Begitu juga dengan masjid-masjid lainnya yang ada di Aceh, menyediakan kanji rumbi sebagai salah satu menu gratis berbuka puasa yang telah dipraktekkan secara turun temurun oleh orang Aceh saat bulan Ramadhan.

Pewarta: Mukhlis
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016