Bandung (ANTARA News) - Tim periset akan masih akan meneliti kemungkinan adanya kaitan antara manusia purba Flores yang baru ditemukan di Cekungan Soa, Kabupaten Ngada, Flores, Nusa Tenggara Timur, dengan Homo floresiensis yang ukuran tubuhnya sama-sama kecil.

"Dan kami berharap kedepannya akan ada riset lanjutan agar kami bisa menemukan sisa fosil manusia purba lainnya sehingga kami bisa memberikan nama terhadap fosil ini," kata Peneliti dan Ahli Vertebrata Museum Geologi Fachroel Aziz, di Bandung, Rabu malam.

"Kita tidak akan langsung gegabah memberikan nama untuk fosil ini karena kita butuh data yang lengkap," tambah dia.

Ia mengatakan berdasarkan morfologi giginya fosil yang ditemukan oleh para peneliti Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dan satu perguruan tinggi Australia di Cekungan Soa itu jelas dari jenis manusia (Homo sp).

"Berdasarkan data fosil gigi jenisnya jelas manusia/Homo sp. Namanya apakah nanti Mata Menge kita pikirkan belakangan," katanya.

Peneliti dari Universitas Wollongong Australia Gert Van den Bergh menambahkan fosil manusia purba di Cekungan Soa, yang usianya diperkirakan 700.000 tahun, sangat mirip dengan Homo floresiensis.

"Tapi kita harus sadar bahwa jumlah fosil terbatas dan ada gigi dan potongan geraham rahang bawah dan pecahan tengkorak. Sehingga kita berharap bisa menemukan fosil lainnya. Tapi kita belum bisa bilang ini Homo floresiensis," kata dia.

Ia mengatakan temuan fosil manusia purba di Cekungan Soa mungkin bisa mengubah sudut pandang tentang teori manusia purba di Indonesia atau bahkan di dunia.

Bersama penemuan fosil manusia purba yang diduga tertua itu, menurut Fachroel, juga ditemukan alat-alat batu dan artefak lain berumur sekitar satu juta tahun.

"Kita tahu bahwa daerah Flores ini terisolir dari daratan Sunda dan Australia tapi di sana ada artefak. Sehingga temuan fosil ini saya kira bisa mengubah (pemahaman) tentang manusia purba yang selama ini tidak bisa bicara," ujarnya.

Sementara Bupati Ngada Marianus Sae berharap selain menjadi sumber pembelajaran tentang evolusi manusia di Indonesia, temuan fosil itu bisa membawa keuntungan ekonomi bagi daerahnya.

"Dari sisi ekonomi kehadiran temuan ini akan memberikan dampak yang luar biasa karena ini akan menjadi temuan dunia. Di bidang pariwisata akan meningkat dan hari ini kami akan segera berkoordinasi untuk melakukan persiapan tentang apa yang kita dapatkan hari ini," kata dia.

Pewarta: Ajat Sudrajat
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016