Medan (ANTARA News) - Deputi Menteri Negara Riset dan Teknologi Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Idwan Suhardi, membantah sinyalemen bahwa pendeteksi dini tsunami di Indonesia belum berfungsi secara baik. Menurut dia di Medan, Rabu, teknologi yang telah dipasang di tiga provinsi di Indonesia, yakni Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), Sumatera Barat (Sumbar) dan Bali sudah bekerja sebagai mana mestinya Sebelumnya, Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia (MPBI), Alvin Hidayat, kepada ANTARA News di Medan, Selasa, mengatakan bahwa hingga kini teknologi itu belum pernah diujicoba meski telah terpasang sejak tahun 2005. Contohnya, di Banda Aceh terdapat enam unit sirine yang tersebar di beberapa daerah dan telah dipasang namun belum di ketahui efektivitas pendeteksi dini tsunami sebagai alat bantu peringatan dini pada masyarakat Suhardi menambahkan, secara keseluruhan komponen peralatan yang bermacam-macam baik seismograph yang berfungsi mengukur di dasar laut atau pun "bouys" (pelapung) yang dipasang pada permukaan laut telah berfungsi dengan baik dan diintegrasikan datanya masuk ke Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) pusat. Ia mengaku selalu mendapat SMS melalui telepon pribadinya ketika terjadi gempa di pelosok tanah air dari BMG, setelah data dari pendeteksi gempa itu diintegrasikan dan diolah oleh BMG. Menurut dia, belum optimalnya alat tersebut bukan lantaran teknologi, tetapi lebih disebabkan oleh budaya masyarakat setempat yang belum dibekali dengan berbagai persiapan dan pelatihan, sehinga kalaupun sirine dinyalakan masih kurang bermanfaat lantaran ketidaktahuan mereka. Teknologi tersebut, menurut dia, kepada publik baru dua kali diperkenalkan, yakni akhir 2005 di Padang, Sumbar dan tahun 2006 di Denpasar, Bali. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007