Misi ISIS sekarang adalah membawa konflik yang terjadi di Timur Tengah yang di sana masih mementingkan suku dan lainnya, tetapi tidak akan berhasil...
Pontianak (ANTARA News) - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Said Agil Siraj mengingatkan, bahwa misi ISIS sekarang, ialah membawa konflik di Timur Tengah ke Indonesia.

"Misi ISIS sekarang adalah membawa konflik yang terjadi di Timur Tengah yang di sana masih mementingkan suku dan lainnya, tetapi tidak akan berhasil karena kita punya Islam Nusantara dan nasionalisme," kata Said Agil Siraj saat menyampaikan materinya pada Seminar di Pontianak, Selasa.

Ia menjelaskan, Islam nusantara adalah Islam nasionalis, yakni Islam yang mengabungkan budaya, tradisi dan perbedaan, berbeda dengan di Timur Tengah.

"Islam nusantara atau Islam yang melebur dengan tradisi, warisan leluhur kita, sehingga selama tidak bertentangan dengan syariat Islam, seperti minuman keras dan seks bebas, hal itulah yang harus kita tolak bersama-sama," ungkapnya.

Hal itu, sudah sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW, yang sudah membangun komunitas sosial yang plural pada abad 15, sehingga masyarakat yang plural, beda suku dan agama bisa hidup rukun.

"Selain itu, Nabi Muhammad juga tidak pernah memproklamirkan negara Islam dan Arab, tetapi hanya negara Madinah. Beliau juga berpesan tidak boleh bermusuhan karena beda agama, suku, budaya dan lainnya, dan hanya bermusuhan dengan yang melanggar hukum," ujarnya.

Dia juga mencontohkan, berkembangnya dan masuknya Islam yang disebarkan oleh Wali Songo di nusantara selama 50 tahun tanpa ada peperangan dan darah.

"Sehingga Islam nusantara jauh berbeda dengan yang di Arab, di Indonesia Islam tersebar dengan budaya santun, akhlakul karimah (sikap terpuji) dan tidak bertentangan dengan budaya dan agama lainnya," katanya.

Sehingga menurut dia, Islam saja belum tentu bisa menyatukan umat, sehingga harus bersatu antara Islam dan semangat nasionalisme yang selama ini sudah terjadi di Indonesia, seperti cita-cita KH Mohammad Hasyim Asyari pendiri Nahdlatul Ulama, yakni mensinergikan semangat Islam, bangsa dan negara dengan semangat nasionalisme, yakni nasionalisme harus diisi dengan Islam dan sebaliknya.

"Hal itu berbeda dengan yang terjadi di Timur Tengah, karena di sana tidak ada ulama yang nasionalis, sementara di Indonesia pendiri NU adalah ulama yang nasionalis, seperti filosofi Gus Dus, yakni membela tanah air bagian dari iman," ujar Said.

Dalam kesempatan itu, menurut dia, Islam nusantara, juga sangat toleransi, hal itu dibuktikan dengan hari besar agama apapun di Indonesia, semuanya libur, beda dengan di negara lain, katanya.

Pewarta: Andilala
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016