Paris (ANTARA News) - Sejumlah kelompok anak muda yang bertopeng melempar batu-batu dan bom-bom api ke arah polisi antihuru-hara sementara puluhan ribu orang berpawai melintasi Paris sebagai protes atas rencana perubahan undang-undang perburuhan yang akan membuat perekrutan dan pemecatan lebih mudah.

Polisi menggunakan gas-gas air mata dan meriam air untuk membubarkan kelompok-kelompok dari sebagian besar kaum muda yang memakai tutup muka hitam. Departemen Kepolisian Paris melaporkan pihaknya menahan 58 orang, termasuk banyak warga asing, dengan 24 personel polisi dan 17 pengunjuk rasa menderita luka-luka.

Bentrokan-bentrokan telah menambah tekanan tambahan bagi aparat kepolisian yang berusaha keras menjaga keamanan sepanjang turnamen sepak bola Liga Eropa selama sebulan.

Prancis juga tetap memberlakukan siaga maksimum setelah serangan-serangan oleh kelompok militan November lalu membunuh 130 orang. Senin malam seorang personel polisi dan istrinya dilukai di rumahnya yang oleh pihak berwajib dikatakan seorang pria menggunakan sebilah pisau untuk melakukan aksinya itu.

Serikat pekerja CGT yang garis keras telah menyerukan pawai protes pada Selasa sebagai penentangan terhadap perubahan legislasi itu. Seruan itu tampaknya mendapat sambutan.

Polisi menyebut aksi itu diikuti 75.000 hingga 80.000 orang di Paris, tiga kali lebih banyak daripada aksi sebelumnya.

"Ini bukan yang terakhir," kata Philippe Martinez, ketua CGT. "Perjuangan belum berakhir."

CGT, yang didukung serikat-serikat lebih kecil dalam aksi-aksi unjuk rasa, bergandengan dengan CFDT, serikat pekerja yang lebih besar, yang mendukung sebuah reformasi di bidang pengupahan dan kondisi kerja.

Departemen kepolisian mengutuk serangkaian kekerasan baru, dan Menteri Dalam Negeri Bernard Cazeneuve mengecam para pengunjuk rasa yang katanya merusak sebuah rumah sakit, tempat seorang anak tiga tahun dari personel polisi yang jadi korban penganiayaan tersebut, demikian laporan Reuters.

(Uu.M016) 

Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016