Yogyakarta (ANTARA News) - Banyaknya kawasan permukiman Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) yang dibangun di wilayah Kota Yogyakarta dan sekitarnya akan mempengaruhi budaya dan pola perilaku warga Yogyakarta. "Rumah susun biasanya diperuntukkan bagi kalangan menengah ke bawah yang sebagian besar memiliki kebiasaan lama melakukan aktivitas MCK di sungai dan rumah beralaskan tanah," kata Purwanto, Ketua Jurusan Sosiologi Universitas Gadjah Mada (UGM) di Yogyakarta, Jumat. Purwanto mengatakan, penggunaan rumah susun sebagai salah satu upaya untuk mengurangi kawasan kumuh di Yogyakarta ini memerlukan kesiapan sosiologis masyarakat, baik bagi calon penghuni, maupun bagi warga sekitar rumah susun. "Warga yang tadinya memanfaatkan MCK dan membuang sampah di sungai tanpa memperhatikan lingkungan sekitar harus dikondisikan untuk lebih menghargai kepentingan sesama penghuni rumah susun," katanya. Perubahan pola perilaku masyarakat bukan hal yang bersifat instan, karena itu pemerintah daerah setempat harus mampu memberikan pengarahan serta pendampingan kepada penghuni agar meninggalkan kebiasaan lamanya dan membudayakan hidup bersih di rumah susun. Kalau tidak, kata Purwanto, rumah susun bukannya hadir sebagai pemecah kebuntuan masalah kependudukan di Yogyakarta, namun justru akan memunculkan masalah baru dalam hal kebersihan, sanitasi, pengelolaan limbah, kesehatan, bahkan kriminalitas. Oleh karena itu, dibutuhkan kesiapan dari pihak pemerintah dan pengembang untuk melakukan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) secara fisik dan sosial, sehingga mampu mengantisipasi apabila muncul permasalahan sosial di kemudian hari, katanya menambahkan. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007