Surabaya (ANTARA New) - Lima mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya membuat sandal khusus tunanetra yang memudahkan aktivitas penyandang tunanetra bernama "Santun" atau Sandal Tunanetra.

Ketua tim Santun, Ade Ria Hasanah di Surabaya, Selasa mengatakan sandal khusus tunanetra itu dilengkapi sensor berbasis Android, untuk menuntun jalan pengguna agar dapat mengetahui halangan jalan yang ada di depannya.

"Selama ini para penyandang tunanetra hanya dibantu tongkat, sehingga kurang praktis. Dengan adanya Santun yang memiliki bahan empuk, maka mereka akan terbantu," kata mahasiswa Jurusan Matematika.

Ia mengatakan sandal yang empuk itu dapat dimodifikasi, sehingga sensor berbasis android dapat ditanam di dalamnya. Di dalam Santun, tertanam sensor jarak tipe HC-SR04 dan mikrokontroler.

"Kami memang tidak membuat sandal sendiri, tetapi kami beli sandal yang sudah ada di pasaran, lalu kami lubangi untuk meletakkan sensor dan mikrokontroler sekaligus bluetooth, serta baterai berukuran kecil sebagai pemasok energy," katanya.

Menurut dia, pada bagian kiri dan kanan diletakkan sensor jarak tipe HC-SR04 yang bisa mendeteksi rintangan hingga jarak 5 meter. Sensor ini akan menginformasikan pengguna lewat suara untuk berhati-hati jika di kiri atau kanan terdapat rintangan.

Melalui suara itulah, lanjutnya pengguna akan mengatahui ada tidaknya rintangan baik di kiri, kanan, dan depan. Jika ada rintangan di kanan atau dikiri, sensor akan berbunyi "awas kanan" atau "awas kiri".

"Jadi pengguna bisa mengetahui objek di depan melalui suara. Itu memudahkan mereka untuk menghindari sesuatu," ujar mahasiswa semester IV tersebut.

Eka Cahya Putera Sukandar menambahkan, sandal itu perlu diteliti lebih lanjut. Sandal baru bisa diaplikasikan di daerah kering, namun jika terkena air akan korslet.

"Penelitian yang didanai Kemenristek Dikti dalam PKM Karsa Cipta tersebut tidak membutuhkan dana besar. Pengguna sandal itu hanya perlu mengeluarkan dana di bawah Rp1 juta," tandasnya.

Pewarta: Indra Setiawan/Laily Widya
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016