Semarang (ANTARA News) - PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daerah Operasi IV Semarang memetakan adanya 15 titik perlintasan yang rawan banjir dan tanah longsor di wilayah operasinya.

"Pada Juni dan Juli 2016, curah hujan di beberapa kota masih cukup tinggi sehingga rawan banjir dan tanah longsor," kata Kepala Humas PT KAI Daops IV Semarang Gatut Sutiyatmoko di Semarang, Selasa.

Ia menyebutkan KAI Semarang bertanggung jawab mengamankan jalur kereta api (KA) sepanjang 168 kilometer yang masuk wilayah operasinya, mulai Petarukan hingga Bojonegoro, Jawa Timur.

Sebanyak 15 titik rawan banjir dan tanah longsor itu, kata dia, yakni Petarukan, Kahuripan, dan Kalibodri masing-masing satu titik, dan empat titik dari Kaliwungu hingga Mangkang.

"Dua titik terpantau di kawasan Poncol, kemudian Gubug, Grobogan sebanyak satu titik, demikian pula Karangjati, Gambringan, Randu Blatung, Bojonegoro, dan Kedungjati," katanya.

Pihaknya akan melakukan langkah antisipatif untuk menjamin kelancaran perjalanan KA selama arus balik dan mudik Lebaran 1437 Hijriah, khususnya di titik-titik rawan banjir dan tanah longsor itu.

Gatut mengatakan perjalanan KA akan diupayakan tidak mengalami keterlambatan dengan langkah antisipatif yang dilakukan, seperti penguatan pada struktur rel KA di titik-titik rawan tersebut.

"Pemeriksaan rutin terhadap jalur rel terus kami lakukan, pengukuran ketinggian bantalan dan kabel-kabel persinyalan, serta perbaikan drainase di sekitar jalur rel KA," katanya.

Untuk memastikan pengawasan berjalan efektif, KAI Semarang menyiagakan petugas ekstra, kemudian juru penilik jalan (JPJ) yang biasanya beroperasi dua kali sehari ditingkatkan.

"Biasanya petugas JPJ bertugas sebanyak dua kali dalam sehari, namun pada momentum Ramadhan dan Lebaran ini ditingkatkan menjadi empat kali dalam sehari," katanya.

Selain itu, kata dia, alat material untuk siaga (AMUS), berupa katung berisi pasir, batu, kricak, dan lain sebagainya disiagakan untuk mengantisipasi jika terjadi gangguan perjalanan. 

Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016