Berikut tiga poin penting yang tersingkap dari tumbangnya Spanyol itu, dikutip dari laman ESPN.
1. Setelah 12 tahun Spanyol akhirnya tumbang
Di bawah malam yang panas di Bordeaux, juara bertahan Spanyol menelan kekalahan pertamanya pada pertandingan putaran final Piala Eropa sejak 2004 dan kini kemungkinan besar bakal menghadapi Italia pada babak 16 Besar.
Serangan balik nan cepat dari Kroasia telah meluluhlantakkan Spanyol. Memasukkan pemain Villareal Bruno Soriano demi memperkuat lapangan tengah bersama Sergio Busquets pada babak kedua memang menjawab keprihatinan pelatih Vicente Del Bosque, namun itu tidak bisa menghentikan Nikola Kalinic merancang gol penentu kemenangan Ivan Perisic pada menit 87.
Kroasia sudah membuktikan bahwa Spanyol bukan tidak tersentuh. Gol Alvaro Morato untuk Spanyol malah membuat Kroasia bisa mempelajari kelemahan Spanyol. Kapten Darijo Srna melepaskan tembakan dari jarak dekat yang berhasil dihalau David De Gea, tapi itu sudah memesankan bahwa Spanyol sudah di leher Kroasia.
Pertahanan Spanyol kali ini harus bekerja lebih keras dengan beberapa kali menangkal serangan berbahaya Kroasia yang digalang Kalinic dan Ivan Rakitic. Tak biasanya De Gea dan Sergio Ramos terlihat goyah dengan tidak tampil sebaik sebelumnya. Ramos terlihat tak seperti biasanya, bahkan dia gagal mengekseksi tendangan penalti pada menit 72.
Akibatnya Kalinic bisa menyamakan kedudukan sebelum babak pertama berakhir, dan puncaknya terjadi pada tiga menit sebelum pertandingan berakhir ketika Perisic menistakan Spanyol dengan gol penentu kemenangan Kroasia.
Setelah seri 2-2 yang mengenaskan melawan Republik Ceko, ini adalah kemenangan teramat manis Kroasia, padahal tanpa diperkuat Luka Modric yang sangat mengenal betul Spanyol.
2. David De Gea terancam
Del Bosque menurunkan tim barisan starter sama dengan tim yang mengalahkan Ceko dan Turki. Namun pada pertandingan di mana Andres Iniesta yang tampil tidak secemerlang dua pertandingan sebelumnya, sudah saatnya Spanyol mengistirahatkan para pemain berumurnya.
Formula Del Bosque untuk merebut Piala Eropa untuk ketiga kali berturut-turutnya ini bertumpu pada trisula serangan Alvaro Morata-Nolito-David Silva. Masalahnya ketiga pemain tengah menghadapi hari-hari yang sibuk di luar lapangan. Morata misalnya, harus membagi fokus karena Real Madrid tengah membuka opsi membeli kembali dia dari Juventus.
Yang juga mengganggu fokus Del Bosque dan Spanyol adalah kekompakan tim di mana Pedro mengeluh karena tidak dimainkan. Tak heran dia kembali dibangkucadangkan.
Konsentrasi De Gea juga kini terganggu. Kemasukkan dua gol dan kalah dari Kroasia membuatnya memperbarui pertarungan memperebutkan kiper nomor satu melawan Iker Casillas. Dia terlihat menciptakan blunder ketika tendangan Rakitic membentur tiang gawang, kesulitan dalam menaklukkan bola-bola atas dan terakhir diperdaya oleh Perisic.
3. Kroasia perkasa meski tanpa Modric
Modric dan Mario Mandzukic akhirnya terkonfirmasi tak bisa diturunkan karena cedera. Tapi meski tak bermain Modric sangat berpengaruh pada tim.
Dari tayangan televisi pemain Real Madrid ini terlihat seperti memberi saran kepada Rakitic si Barcelona yang berada di lapangan.
Posisi Modric diisi oleh gelandang muda Dinamo Zagreb Marko Rog yang kemudian digantikan kolega Modric di Real Madrid, Mateo Kovacic.
Cacic mengganti enam pemain pada starting lineup. Jelas dia sudah bersiap untuk main aman karena sudah puas dengan posisi kedua di bawah Spanyol. Namun Cacic melebihi ekspektasinya sendiri. Rog bermain luar biasa pada pencapaian yang bersejarah itu.
Tentu saja yang paling istimewa adalah Kalinic yang energik dan konstan menggangu barisan pertahanan Spanyol. Dialah yang mencetak gol penyama kedudukan dan sekaligus perancang gol kemenangan Kroasia yang dicetak Perisic.
Kalinic dan Rakitic yang bermain lebih ke depan ketimbang biasanya dia bermain di Barcelona, jelas merupakan kunci kemenangan bersejarah Kroasia atas Spanyol ini.
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2016