Serangan yang terjadi pada bulan suci Ramadhan ini menunjukkan serangan terorisme tidak ada kaitannya dengan agama....Bom yang meledak di Istanbul hari ini bisa terjadi di bandara mana pun di kota mana pun di dunia ini
Istanbul (ANTARA News) - Paul Roos (77) mengaku menyaksikan salah satu pria dari ketiga penyerang bom bunuh diri ke Bandara Istanbul di Turki, Selasa waktu setempat atau Rabu dini hari WIB lalu, menembak secara acak di aula keberangkatan bandara itu.

"Dia menembaki siapa pun yang berada di depannya. Dia mengenakan pakaian serba hitam. Wajahnya tak ditutupi apa-apa. Saya berada 50 meter dari dia," kata Roos, seorang warga Afrika Selatan yang hendak kembali ke Cape Town bersama istrinya setelah berliburan di Turki selatan.

"Dia merunduk di belakang sebuah konter namun saya berdiri untuk melihat dia. Dua ledakan terjadi bersahutan. Saat itu dia berhenti menembak," kata Roos kepada Reuters.

"Dia berbalik dan bergerak ke arah kami. Dia meletakkan senjatanya ke dalam jaketnya. Dia terlihat cemas ada orang yang akan menghentikannya dan kemudian turun ke eskalator. Kami mendengar baku tembak dan kemudian ledakan, setelah itu berhenti."

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyebut serangan itu sebagai titik balik dari perang global malawan kelompok-kelompok militan.

"Serangan yang terjadi pada bulan suci Ramadhan ini menunjukkan serangan terorisme tidak ada kaitannya dengan agama dan nilai-nilai agama," kata dia.

"Bom yang meledak di Istanbul hari ini bisa terjadi di bandara mana pun di kota mana pun di dunia ini," kata dia seraya menyerukan semua pemerintahan seluruh dunia untuk bergabung melawan terorisme.

Amerika Serikat menyatakan solidaritasnya dengan Turki yang merupakan anggota NATO dan menyatakan serangan teror itu hanya makin memperkuat tekad bersama mereka, sedangkan Sekjen PBB Ban Ki-moon menekankan kepentingan untuk mengintensifkan upaya global dalam memerangi ekstremisme, demikian Reuters.

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2016